Penulis surat Yudas sangat menyoroti perilaku yang ditampilkan oleh para pengajar palsu yang ada di tengah jemaatnya saat itu. Terdapat kepongahan dalam sikap iman yang mereka tampilkan kepada jemaat yang sangat berbahaya bagi pertumbuhan iman jemaat itu sendiri. Bahkan, ia membandingkannya dengan Mikhael, sosok malaikat Tuhan yang tidak tampil arogan dalam perselisihan dengan Iblis. Namun, para pengajar palsu ini justru dapat dengan penuh kepercayaan diri menunjukkan kesombongan dan keangkuhan dalam menyikapi orang lain. Mereka menganggap bahwa mereka memiliki kuasa untuk menghakimi dan merendahkan kondisi iman orang lain.
Sikap iman yang angkuh seperti itu sangatlah berbahaya, tidak hanya untuk diri yang bersangkutan tetapi juga terhadap kondisi iman orang lain di sekitarnya. Keangkuhannya dalam beriman dapat menjadi penghambat bagi proses pertumbuhan saudaranya imannya sendiri. Itulah mengapa, penulis surat Yudas begitu menginginkan jemaat agar berhati-hati terhadap kehadiran orang-orang yang demikian di tengah mereka.
Sahabat Alkitab, sikap pongah yang kita hasilkan dalam lingkup hidup beriman merupakan hasil dari narsisme dan kekeliruan cara pandang dalam menghidupi iman sebagai umat Tuhan. Oleh sebab itu, sebagai umat Tuhan yang hidup dalam kebenaran firman-Nya, kita perlu mawas diri terhadap segala bentuk kepongahan dalam beriman. Hal ini ibarat penyakit yang menggerogoti kesehatan iman kita secara personal, maupun orang lain. Alih-alih menjadi umat yang penuh ketaatan dan kesetiaan, kepongahan dalam beriman justru menjadikan kita sebagai umat yang menjauhi Sang Sumber Pengharapan itu sendiri. Kita perlu mencermati diri dari segala wujud kepongahan dalam beriman agar tidak terus merugikan diri maupun orang lain yang semestinya mengalami pertumbuhan iman sebagai umat Tuhan.