“Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul” merupakan sebuah peribahasa yang menggambarkan kualitas gotong royong dalam melakukan sesuatu hal. Intinya, setiap perkara yang dikerjakan bersama dalam asas keadilan akan jauh lebih mudah dan cenderung lebih menyenangkan dibanding dikerjakan seorang diri. Gambaran ini pun semakin menambah esensi hidup komunal pada manusia sebagai makhluk sosial.
Kerja sama pun tidak sekadar muncul dalam hidup keseharian antar sesama manusia, melainkan juga dalam hidup beriman. Maksudnya, terjadi relasi yang saling bertautan untuk menghasilkan pertumbuhan bersama antara pribadi umat Tuhan dengan Tuhan. Hal ini tergambar dalam tulisan pengajaran Paulus mengenai Roh Tuhan yang bekerja di dalam diri setiap umat Tuhan. Roh Tuhan yang hidup pada diri setiap umat-Nya pun tidak bersifat pasif, melainkan Ia beperan aktif untuk bekerja bersama dengan setiap pribadi agar terus bertumbuh di dalam Tuhan. Roh itu tidak membiarkan kita bekerja sendirian menghadapi beragam tekanan hidup.
Upaya iman yang kita pikir kita lakukan sendiri atau kita perjuangkan sepihak sesungguhnya tidaklah demikian. Maksudnya, kita tidak pernah berjuang sendirian di dalam setiap upaya iman untuk terus setia kepada Tuhan, sekalipun sedang menghadapi beragam bentuk pergumulan hidup. Entah di dalam setiap doa yang penuh harap, maupun di dalam suara hati yang penuh kesah di hadapan Tuhan, sesungguhnya kita tidak pernah berjuang sendirian. Tulisan pengajaran dari Paulus ini telah menunjukkan bahwa Roh Tuhan yang hidup di dalam diri setiap umat-Nya juga turut bekerja dan berjuang bersama setiap pribadi untuk terus bertumbuh di dalam Tuhan. Oleh sebab itu, tidak sepantasnya lah bagi kita untuk membiarkan Roh Tuhan bekerja sendirian. Kita perlu turut bekerja sama, antara roh kita dengan Roh Tuhan demi menghidupi pertumbuhan iman sebagai umat-Nya.