Setiap orang tentu ingin menjalani hidupnya dalam pertumbuhan ke arah yang semakin baik, entah dalam persoalan perekonomian, kualitas karakter, kematangan emosional hingga kehidupan imannya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mengusahakan pertumbuhan tersebut tidaklah selalu mudah untuk dicapai. Tidak jarang, muncul beragam hambatan yang begitu menghalangi seseorang untuk bertumbuh, entah yang asalnya dari dalam diri sendiri maupun hal-hal yang muncul dari luar.
Pertumbuhan pada diri seseorang dapat terlihat dari cara ia bertindak dan berelasi dalam kehidupan kesehariannya, yakni dengan berpikir bijak dan tidak sembarangan. Ia juga mampu memikirkan dengan benar segala bentuk perkataan yang akan ia keluarkan agar tidak menjadi ‘batu sandungan’ untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Selain itu, kualitas seseorang yang bertumbuh juga muncul pada kemampuannya dalam menjaga kepercayaan dan keinginannya untuk terus belajar, bukannya berlaku bebal serta angkuh. Kemudian, pada ayat 20 penyair juga membahas perihal dampak yang dihasilkan dari setiap orang yang hidup dengan bijaksana maupun mereka yang hidup dengan kebodohannya. Artinya, setiap kualitas diri seseorang pasti akan membawa dampak kepada lingkungan di mana ia hidup.
Sahabat Alkitab, pada hari ini kita telah diperhadapkan dengan sebuah perenungan sekaligus ajakan untuk membentuk kehidupan sesuai dengan teks Amsal, yakni menjadi orang bijak atau orang yang hidup dalam kebodohan. Keduanya merupakan kondisi hasil dari cara dan pilihan kita dalam menjalani kehidupan. Setiap orang yang berkenan mengusahakan pertumbuhan pasti akan menunjukkan peningkatan kualitas dari indikator-indikator seperti bijak menimbang laku dan kata, dapat dipercaya serta kesediaan untuk selalu belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Sekarang, kita pun hanya perlu menentukan pilihan.