Masing-masing dari kita memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda. Namun sebagai umat Tuhan kita dapat memaknai bahwa apapun tanggung jawab tersebut harus dilakukan sebaik-baiknya. Inilah yang juga dihadapi oleh nabi Yehezkiel dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai nabi. Ia merupakan nabi yang hidup bersama umat di pembuangan. Allah memanggilnya untuk mewartakan pesan-pesannya kepada umat. Baik itu sukacita dan pengharapan dari Tuhan maupun teguran-teguran keras yang dilayangkan oleh Allah. Secara khusus pasal 33 menyebutkan peran Yehezkiel sebagai penjaga.
Yehezkiel diminta menegaskan keberadaannya sebagai utusan Allah. Ia digambarkan seperti penjaga yang memastikan keamanan dan ketentraman mereka yang dijaganya. Hal tersebut ditandai dengan proses meniup sangkakala. Jika umat mendengar suara sangkakala namun tidak menghiraukannya, maka mereka akan mendapatkan konsekuensi yang berat. Namun jika si penjaga melalaikan tugasnya untuk meniup sangkakala, sehingga umat mendapatkan konsekuensi yang berat, maka Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban si penjaga. Kesadaran umat yang ‘dibangunkan’ dengan sangkakala itu meliputi pertobatan, pengharapan, serta hidup yang senantiasa terarah kepada Tuhan. Demikianlah besarnya tanggung jawab yang diemban oleh nabi Yehezkiel. Meskipun berat, Yehezkiel nampak teguh melakukan tugas serta tanggung jawabnya. Pada akhirnya umat Yehuda di pembuangan mampu melewati krisis yang tidak sebentar.
Sahabat Alkitab, setialah terhadap tugas serta panggilan dari Tuhan. Barangkali melalui hal-hal yang kita kerjakan banyak orang dimampukan untuk melewati kehidupan yang penuh dengan pergumulan ini. Tentu saja hal itu dapat terjadi jika kita mengerjakan tanggung jawab kita dengan konsekuen dan penuh ketekunan.