Menjaga moralitas adalah satu hal penting dalam dimensi keberimanan seseorang. Hal tersebut mencakup tentang bagaimana kita berkata dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sejak masa awal mula kehidupan Israel, Allah mengikat bangsa Israel dengan ketetapan-ketetapan-Nya sebagaimana tercermin dalam 10 hukum-Nya. Ketetapan itu kekal dan berlaku untuk selamanya, termasuk mengenai ketidaksukaan Allah jika umat-Nya memiliki apa yang bukan hak mereka, dan mengingini apa yang dimiliki oleh orang lain.
Demikianlah yang harus dikatakan oleh Yehezkiel kepada saudara-saudaranya, pada perikop ini yang menjadi fokus adalah orang-orang yang tidak dibawa ke Babel atau yang masih tertinggal di Yerusalem. Rupanya ada gejala kekacauan moralitas melanda mereka. Mereka mengingini dan menjadikan hak milik tanah ataupun bangunan dari saudara-saudaranya yang dibuang ke Babel. Bukan hanya itu, orang-orang tersebut telah menduakan Tuhan dengan menyembah berhala. Mereka sama sekali tidak mengindahkan ketetapan Tuhan. Kesalahan-kesalahan para leluhur Israel dalam melanggar perjanjian dengan Allah, rupanya diulang kembali oleh orang-orang tersebut.
Sahabat Alkitab, saat ini kita tengah hidup dimana batas-batas moral dan etis telah banyak dikompromikan dengan dalih perkembangan zaman bahkan Hak Asasi Manusia. Pada saat ini kita diingatkan bahwa penting untuk menjaga kekudusan dengan memegang teguh ketetapan-Nya. Perampasan milik atau hak orang lain tidak hanya soal mengambil alih barang orang lain. Bahkan mencakup merampas hak-hak yang semestinya jadi hak orang lain. Di negara ini kita melihat orang-orang yang memiliki kuasa dengan mudahnya merampas sesuatu milik orang lain dengan tidak adil. Termasuk korupsi yang merajalela di negeri ini. Marilah sebagai umat Tuhan, kita berlaku jujur dan adil dalam setiap hal.