Kesadaran moral seseorang atau pengetahuan akan yang benar dan salah merupakan sesuatu yang bertumbuh dan sangat tergantung dengan apa yang dipahaminya sebagai nilai-nilai yang harus dianut. Disinilah peran dari aturan-aturan keagamaan, memberikan kesadaran akan hal yang benar dan salah. Namun melalui pengajaran Kristus yang diteruskan oleh rasul-rasulnya kita tahu bahwa sistem tersebut punya potensi lain untuk mendorong orang menjadi pribadi yang legalistik. Kita diajak untuk melampaui hukum-hukum tersebut dengan mendasarkan seluruh tingkah laku dan pemikiran kita pada keteladanan Kristus. Itulah lingkup anugerahnya yang menebus dan menyelamatkan kita.
Pada teks kali ini Paulus menegaskan status hukum Taurat dalam hidup beriman seseorang. Banyak orang menyangka bahwa Paulus hendak menghilangkan Taurat dalam pondasi iman orang kristen. Padahal yang terjadi tidak demikian. Ia hanya mewanti-wanti umat agar tidak jatuh pada pemahaman bahwa yang menyelamatkan mereka adalah ketaatan pada hukum. Paulus menganggap Taurat sebagai pemantik awal dalam diri seseorang untuk menyadari apa yang benar dan salah, hal-hal apa yang dikategorikan sebagai dosa. Namun untuk betul-betul hidup dalam nilai yang benar dan kudus, seseorang harus bergantung kepada kasih karunia Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus dalam penyertaan Roh Kudus. Sehingga yang penting adalah menghidupi kehidupan yang baru karena anugerah-Nya tersebut melalui tindakan nyata di kehidupan sehari-hari.
Sahabat Alkitab, bukankah kita sebagai umat percaya juga berhenti pada tataran mengetahui apa yang benar dan salah, tetapi tidak benar-benar melakukan dan menghidupi kebenaran tersebut? Melalui firman-Nya kita diberikan batas-batas di dalam menjalani kehidupan di dunia, dan dalam anugerah-Nya kita dimampukan untuk hidup dalam kebenaran yang dinyatakan-Nya. Marilah menjadi pribadi yang senantiasa menghidupi kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bentuk syukur atas anugerah keselamatan yang sudah kita terima.