Kita telah sering mendengar ajakan untuk bersaksi akan kasih serta perbuatan Allah bagi dunia. Namun seringkali apa yang kita dengar tersebut hanya berlalu begitu saja. Salah satu alasannya mungkin kita bingung bagaimana cara bersaksi dalam kehidupan sehari-hari atau kemungkinan lain adalah kita enggan untuk bersaksi. Kali ini kita akan diingatkan mengenai panggilan untuk bersaksi atas anugerah Allah dalam Kristus. Sebagaimana Paulus menghidupi betul panggilannya bahkan bersaksi serta mengajar orang-orang non-Yahudi yang pada saat itu penuh dengan resiko.
Pemberitaan Injil yang Paulus lakukan kepada orang-orang non-Yahudi dilakukan di tengah riuh rendah perbedaan pemahaman yang dilatarbelakangi pertanyaan, apakah anugerah Allah diberikan hanya kepada orang-orang Yahudi saja, atau juga kepada orang-orang bukan Yahudi. Paulus dengan tegas berpendapat bahwa kasih karunia Allah tidak dibatasi hanya pada sekelompok orang tertentu saja. Dalam Roma 15: 15-16, ia menjelaskan kepada jemaat di Roma mengenai posisinya yang digambarkan seperti imam yang mempersembahkan bangsa-bangsa kepada Allah.
Paulus melakukan itu semua bukan demi kemegahan namanya melainkan karena ia adalah seorang pelayan Allah yang dipanggil untuk melayani dalam kapasitas sebagai pewarta kabar baik penyelamatan Allah.
Paulus mengutip Yesaya 52:15 yang menyatakan bahwa, “Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka, yang belum pernah mendengarnya, akan mengerti.” Ayat tersebut untuk menegaskan bahwa misinya adalah untuk memberitakan Kristus justru di tempat-tempat dimana Kristus belum dikenal. Bagi Paulus, Allah adalah Allah yang Mahakasih. Kasih karunia-Nya tidak pernah bisa dibatasi oleh siapapun juga.
Sahabat Alkitab, mungkin kita berpendapat bahwa sulit rasanya meneladani Paulus terutama di tengah konteks keberagaman kita di Indonesia. Hal tersebut sungguhlah wajar, tetapi kita tetap tidak boleh melupakan panggilan kita untuk mewartakan kabar baik kepada semua orang. Pewartaan tersebut dapat melalui kata-kata tetapi yang terutama lewat perbuatan kita sehari-hari. Paling tidak kita dapat mengupayakan hidup yang berkenan kepada-Nya dan penuh kebaikan agar orang melihat Kristus dalam hidup kita. Mintalah hikmat dan tuntunan Roh Kudus agar kita dimampukan untuk menjadi pewarta kebaikan Allah.