Seringkali ada celetukan yang cukup menarik dikemukakan kepada para dokter yang mungkin kita kenal. Terutama saat mereka tengah sakit, “Dokter kok sakit?” Ungkapan tersebut tentu saja sebagian besar sifatnya candaan belaka karena Dokter juga bisa sakit karena mereka manusia biasa. Senada dengan itu kita dapat melihat sedikit pada posisi imam dalam tradisi Yahudi. Imam dalam sistem keagamaan Yahudi merupakan seorang pengantara antara Allah dengan umat-Nya. Meskipun begitu betapapun mereka saleh tetap saja manusia biasa dan dapat jatuh ke dalam dosa.
Itulah sebabnya dalam teks yang kita baca saat ini, penulis surat Ibrani menekankan kondisi tersebut. Bahkan setiap imam sebelum mempersembahkan kurban bagi umat, harus terlebih dahulu mempersembahkan kurban bagi dirinya sendiri agar ia disucikan dari dosa. Sementara itu kondisi ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada diri Yesus yang dalam penggambaran penulis surat Ibrani merupakan Imam Besar dari keturunan Yehuda. Keimaman-Nya adalah menurut peraturan Melkisedek. Dalam tradisi keimaman tersebut penetapannya bukan berdasarkan keturunan melainkan Allah sendiri yang menetapkannya, maka dari itu keimamannya bersifat kekal. Selain itu posisi Yesus sebagai Imam menjadi berbeda karena Ia tidak bernoda, tanpa dosa, dan tanpa salah, sehingga Dia tidak perlu menyucikan diri. Kristus tidak berdosa, tetapi Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri untuk menebus dosa kita.
Dalam darah yang dicurahkan-Nya di atas kayu salib, Kristus memohon pengampunan Allah atas dosa-dosa kita. Dalam karya-Nya yang luar biasa itulah Kristus menjalankan peran-Nya sebagai Sang Imam Besar yang tidak tergantikan, sekali untuk selamanya. Bagi Dia kemuliaan untuk selama-lama-Nya. Ia Sang Imam Besar sekaligus Sang Anak Domba Allah yang dikurbankan bagi penebusan umat manusia.
Sahabat Alkitab, marilah kita senantiasa mengucapkan syukur atas pengurbanan-Nya bagi kita. Tuhan adalah satu-satu-Nya yang dapat membebaskan kita. Satu hal yang dapat kita kerjakan adalah tetap setia kepada-Nya dan hidup menurut kehendak-Nya. Percayalah kepada Tuhan dengan sepenuh hati kita karena dalam darah-Nya lah kita telah diselamatkan dari dosa-dosa kita.