Bacaan pada hari ini mengungkapkan peristiwa pewahyuan yang penting, di mana Allah secara nyata menunjukkan hubungan-Nya dengan umat manusia. “Langit terbuka” merupakan bahasa apokaliptik yang menunjukkan perubahan signifikan dalam hubungan Allah dengan dunia. Hal ini mengingatkan kita pada gambaran yang ada dalam Kitab Yesaya (Yesaya 24:18), tentang tingkap-tingkap langit yang terbuka. Turunnya Roh Allah dan suara surgawi yang dapat dilihat dan didengar oleh banyak orang menunjukkan bahwa peristiwa ini bukan hanya simbolik, tetapi juga nyata dan dialami oleh banyak orang. Roh Allah yang turun ke atas Yesus menggemakan nubuat para nabi, di mana Roh Allah akan ada pada Mesias, yaitu tunas dari tunggul Isai (Yesaya 11:2). Yesus, yang sejak awal dikandung oleh Roh Kudus (Mat. 1:18, 20), kini secara nyata dihinggapi oleh Roh Allah, semakin memperlihatkan diri-Nya sebagai Mesias yang berkuasa. Yesus yang dibaptis oleh Yohanes tidak hanya datang untuk menggenapi nubuatan tersebut, tetapi juga untuk memulai karya pelayanan-Nya dalam kuasa Roh Kudus. Seperti yang dijelaskan dalam Injil Matius, Yesus adalah Yang lebih besar yang akan membaptis dengan Roh Kudus (Mat. 3:11), menunjukkan kuasa dan otoritas-Nya dalam pekerjaan penyelamatan.
Puncak dari peristiwa pewahyuan ini adalah suara dari surga, yang merupakan pernyataan langsung dari Allah Bapa sendiri. Dalam Injil Markus, suara dari surga berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang terkasih” (Markus 1:11), tetapi dalam Injil Matius, pernyataan ini sedikit berbeda yaitu, “Inilah Anak-Ku yang terkasih.” Meskipun terdapat perbedaan dalam pengungkapannya, esensi dari pesan tersebut tetap sama: Yesus adalah Anak Allah yang terkasih, yang telah dipilih dan disetujui oleh Allah Bapa. Suara dari surga ini bukan hanya menyapa Yesus secara pribadi, tetapi juga ditujukan kepada Yohanes dan orang banyak yang hadir pada saat itu, sebagai penegasan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan. Selain itu, pernyataan “kepada-Nyalah Aku berkenan” dalam suara dari surga juga mengingatkan kita pada Yesaya 42:1, yang menyatakan bahwa Hamba Tuhan yang dipilih Allah akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan akan membawa keadilan yang benar. Dalam konteks ini, suara dari surga memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah yang terkasih, yang akan diserahkan bagi keselamatan umat manusia, dan yang akan menjalani penderitaan dan kematian di kayu salib.
Rangkaian peristiwa ini terjadi dalam momen pembaptisan Yesus. Baptis yang diterimanya bukanlah tanda pertobatan, karena Yesus tidak berdosa. Melainkan untuk menunjukkan kepada orang banyak mengenai teladan dalam hal baptis serta peristiwa ini menjadi media bagi Allah untuk mengungkapkan kemesiasan Yesus kepada umat.
Sahabat Alkitab, pada hari ini kita diingatkan kembali akan pokok iman kita. Allah menyatakan diri-Nya dalam kehadiran putranya yang tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus. Keyakinan ini didasarkan pada peristiwa aktual yang terjadi di masa lampau yang dampaknya masih bisa kita rasakan hingga saat ini. Lewat pembaptisan Yesus dan pengungkapan jati dirinya di khalayak ramai merupakan cara Injil Matius untuk menekankan historisitas peristiwa Yesus. Hal ini menjadi sebuah tindakan penggembalaan yang menyentuh orang percaya di segala zaman agar tetap mempercayai Yesus sebagai sang mesias meskipun banyak pihak mencoba untuk meragukannya. Pada masa kini, upaya untuk mempertanyakan kemesiasan Yesus dan menggoyahkan iman orang percaya juga masih terjadi, bahkan semakin masif melalui sarana digital. Penting bagi kita untuk terus meneguhkan iman percaya kepada-Nya, sehingga kelak anugerah keselamatan yang kita terima ini disempurnakan dan dipertanggungjawabkan saat kedatangan-Nya kembali ke dunia.