Dalam kehidupan, ada kalanya tantangan finansial menghambat tujuan dan impian. Misalnya, seorang pemilik usaha kecil yang berusaha membangun bisnis dapat terhalang oleh utang, pajak yang tinggi, atau kurangnya modal. Hal serupa juga dapat terjadi dalam kehidupan bergereja, keterbatasan dana menjadi tantangan tersendiri dalam pelayanan. Kisah dalam Nehemia 5 menunjukkan bahwa masalah keuangan juga menjadi salah satu faktor yang menghambat pekerjaan besar dalam sejarah umat Tuhan.
Pembangunan tembok Yerusalem mengalami kendala bukan hanya karena faktor eksternal, tetapi juga karena terjadinya ketidakadilan ekonomi di antara umat Yahudi. Orang-orang miskin harus meminjam uang, menggadaikan tanah, dan bahkan menjual anak-anak mereka sebagai budak untuk bertahan hidup. Nampaknya beberapa diantara umat yang kembali ke Yerusalem belum memiliki perencanaan yang matang terkait keberlangsungan hidupnya. Terjadi ketidakseimbangan antara membangun tembok dan mencari nafkah bagi keperluan sehari-hari. Situasi ini menjadi semakin rumit dikarenakan kondisi perekonomian kota yang belum stabil sehingga menyebabkan kelangkaan pangan. Harga bahan pokok melonjak, ditambah dengan beban pajak dari pemerintah Persia menjadi beban yang memberatkan umat, yang sedang berjuang membangun kota. Di tengah kondisi yang serba sulit ini, beberapa oknum yang terdiri dari orang-orang kaya Yahudi memanfaatkan situasi dengan memberikan pinjaman berbunga tinggi. Sikap tersebut sangat bertentangan dengan hukum Taurat (Keluaran 22:25).
Pada akhirnya persoalan finansial ini memicu ketegangan sosial yang menghambat pekerjaan Tuhan. Perselisihan di antara umat-Nya menjadi hambatan yang lebih besar daripada ancaman dari luar. Sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan takut akan Tuhan, Nehemia tidak tinggal diam menghadapi ketidakadilan ini. Ia mengungkapkan kekecewaannya dan menegur dengan tegas para pemimpin dan orang kaya yang mengeksploitasi saudara-saudaranya sendiri. Meminta mereka agar mengembalikan tanah, rumah, dan hasil yang telah mereka ambil secara tidak adil. Dari sikap Nehemia tersebut kita dapat melihat ketundukannya kepada Taurat Tuhan yang menjunjung tinggi keadilan serta pembebasan bagi mereka yang tertindas.
Sahabat Alkitab, semua orang mungkin pernah berjuang mengatasi kesulitan-kesulitan finansial yang terjadi dalam hidupnya. Melalui kisah hari ini kita belajar bahwa diperlukan hikmat dan kebijaksanaan Tuhan untuk mewujudkan tata kelola yang baik atas harta dan berkat-berkat Tuhan yang kita terima. Selain itu, dalam kesulitan tersebut tiap-tiap orang hendaknya tetap harus memperhatikan sesama dan tidak diperkenankan untuk memperalat atau mengambil keuntungan secara semena-mena dari mereka. Maka dalam iman kepada Tuhan segala sesuatu harus ditundukkan kepada sudut pandang pola pikir-Nya.