Bersaksi di tengah penderitaan

Renungan Harian | 9 April 2025

Bersaksi di tengah penderitaan

Seperti kapal yang dihantam badai di tengah lautan, jiwa yang diuji sering kali terombang-ambing antara iman dan keputusasaan. Penderitaan kerap menjadi batu ujian, bukan hanya bagi mereka yang mengalaminya, tetapi juga bagi orang-orang di sekelilingnya, termasuk sahabat dan kerabat yang mungkin mencoba menghibur dengan kata-kata yang tak selalu bijak. Demikianlah yang dialami Ayub dalam pergumulannya. Di tengah penderitaan yang tak kunjung usai, ia masih harus menanggung luka batin akibat cemoohan dari sahabat-sahabatnya.


Perikop ini diawali dengan respons Ayub terhadap Zofar, yang terkesan sarkastik, “Memang, kamulah orang-orang itu, dan bersama kamu hikmat akan mati.” (Ayub 12:2). Dengan kata lain, Ayub menyindir para sahabatnya yang berbicara seakan-akan mereka lebih memahami hikmat Allah. Sehingga, alih-alih menjadi penghibur, mereka justru menambah luka bagi Ayub dengan tuduhan bahwa penderitaannya adalah akibat dosanya sendiri.


Pada masa kini, masih banyak orang yang begitu mudah menghakimi penderitaan orang lain. Ironisnya, mereka menggunakan kata-kata yang terdengar bijak, tetapi tak ada empati di dalamnya. Ayub menunjukkan bahwa memahami kebenaran teologis bukanlah perkara sulit, bahkan alam pun bersaksi tentang kuasa Allah (Ayub 12:7). Ayub juga menyuarakan kebingungannya melihat kenyataan bahwa orang fasik sering kali hidup dalam kemakmuran sementara orang benar justru menderita (Ayub 12:6). Ia tidak menyangkal kuasa dan kedaulatan Allah, tetapi ia bergumul dengan keadilannya yang tampak kabur di hadapan mata manusia. Namun, di tengah penderitaan dan ketidakmengertiannya, Ayub tetap bersaksi tentang kebesaran Allah. Ia menyatakan bahwa segala kehidupan berada dalam genggaman tangan Tuhan, “bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan napas setiap manusia?” (Ayub 12:10). Meskipun ia tidak memahami jalan Allah sepenuhnya, Ayub tidak kehilangan imannya. Ia menunjukkan bahwa bersaksi di tengah penderitaan bukanlah soal memiliki semua jawaban, tetapi tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan tetap berdaulat atas segala sesuatu.


Sahabat Alkitab, penderitaan adalah misteri yang tak selalu dapat kita pecahkan dengan akal budi manusia. Terkadang, jawaban yang kita cari tidak akan ditemukan dalam kata-kata manusia, tetapi dalam perjalanan iman yang penuh ketekunan. Ayub mengajarkan bahwa bersaksi dalam penderitaan bukan berarti kita harus selalu kuat, tetapi kita harus tetap setia. Tidak semua orang akan memahami kesakitan kita, bahkan sahabat terdekat pun bisa mengecewakan. Namun, pada akhirnya, pengharapan kita tidak bergantung pada pengertian manusia, melainkan pada tangan Tuhan yang memegang kehidupan ini.


Kiranya kita senantiasa diberi kekuatan untuk dapat bersaksi di tengah penderitaan, seperti Ayub yang dalam segala kehilangan dan luka, tetap percaya bahwa hidup ini berada dalam kedaulatan Tuhan.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia