Sebagai orang beriman kita sadar bahwa hanya Tuhan sajalah yang menjadi sumber pertolongan serta perlindungan kita. Namun, seringkali saat terjadi masalah atau pergumulan seperti ada keraguan untuk berseru kepada-Nya dan meminta tolong dengan segenap hati. Padahal keyakinan iman kita bahwa Tuhan akan menolong seharusnya direalisasikan melalui tindakan iman yang nyata lewat doa dan seruan kepada-Nya yang menyatakan keyakinan tersebut.
Nuansa itulah yang ditunjukkan oleh pemazmur dalam perikop yang kita baca saat ini. Pemazmur berseru kepada Tuhan. Ia membayangkan Sang Pencipta sebagai gunung batunya. Dengan mengatakan Allah sebagai Sang Gunung Batu, Ia menegaskan bahwa yang disembah-Nya adalah Allah yang kuat dan kokoh serta selalu menyediakan perlindungan kepada orang yang berlindung kepada-Nya. Saat ini mungkin Allah tampak membisu, tetapi pemazmur yakin bahwa hal tersebut tidaklah untuk selama-lamanya.
Maka dari itu pemazmur melanjutkan permohonan minta tolongnya. Satu yang diinginkannya ialah agar Tuhan menjaganya dari orang-orang fasik dan orang-orang yang melakukan kejahatan. Ia tidak menginginkan terseret dalam kegiatan orang-orang fasik itu. Justru ganjaran terhadap orang yang berbuat jahat itulah yang diminta serta dirindukan oleh Sang Pemazmur. Syair ini kemudian diakhiri dengan ungkapan syukur karena Tuhan telah mendengarkan permohonannya. Itulah yang menjadi alasan kesukacitaannya.
Sahabat Alkitab, kiranya kita juga dimampukan untuk senantiasa berseru kepada-Nya saat situasi kehidupan mungkin sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu tetaplah gantungkan pengharapan serta iman hanya kepada Tuhan semata. Hanya Dialah yang sanggup untuk menolong serta membebaskan kita. Tuhan adalah Sang Gunung Batu yang memberi perlindungan abadi kepada setiap orang yang berlindung kepada-Nya.