Seorang pemimpin, dalam ranah apapun, sesungguhnya tahu bahwa di pundak mereka terletak harapan serta mimpi dari orang-orang yang dipimpinnya. Ia memang memegang kekuasaan yang besar, tetapi di balik itu terdapat pula tanggung jawab yang besar. Sayangnya banyak pemimpin terlena dan dimabukkan oleh kekuasaan yang dimilikinya. Memakai kuasa itu untuk kepentingan pribadi sehingga mengorbankan mereka yang dipimpinnya. Gejala tersebut tidak hanya terjadi di zaman modern, seperti yang nampak pada bacaan Alkitab kali ini. Pemazmur mengajak umat untuk berpaling kepada Allah Sang Raja dari segala raja. Kekuasaan-Nya melampaui penguasa-penguasa di dunia. Sebuah syair perlawanan kepada dunia yang dibutakan oleh kekuasaan dan keserakahan.
Pemazmur menggambarkan kemenangan yang dihadirkan Allah. jika Allah hadir dalam arena peperangan maka kemenangan akan mengiringi-Nya, maka bangsa yang mengandalkan Allah akan turut merasakan kemenangan tersebut. Kemenangan itu hadir dengan gegap gempita didahului oleh para perempuan-perempuan yang membawa kabar baik (ay. 12). Menyiratkan tradisi pada masa itu dimana para perempuan menyambut kemenangan dalam perang dengan nyanyian. Mengapa kemenangan terjadi? Allah hadir disana. Banyak yang iri atas kemenangan Allah yang dihadirkan atas Israel. Mereka memiliki kekuatan yang begitu besar, tetapi dikalahkan oleh pihak yang secara kasat mata tidak begitu kuat. Dengan perbandingan antara gunung basan dan gunung sion yang kecil, pemazmur menegaskan maksudnya. Basan memang menjadi simbol gunung yang megah, subur, serta kuat, sangat berbeda dengan Sion. Namun Sion adalah tempat-Nya berdiam, hanya hal itulah yang penting (ay. 15-18).
Maka kesimpulan dari semuanya adalah undangan dari Allah agar manusia tetap berdiam di sisi-Nya serta menyembah-Nya senantiasa. Allah yang menopang seluruh kehidupan kita. Segala ancaman dan tantangan kehidupan dapat dilalui jika bersama dengan-Nya. Allah memberi keselamatan bahkan dari maut sekalipun. Maka marilah setiap orang datang kepada Allah yang memberi kemenangan dan penyertaan senantiasa.
Kiranya kita dimampukan untuk menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab sehingga tidak dibutakan oleh beragam penggodaan dunia terutama kekuasaan, karena hanya Allah sendiri satu-satunya penguasa atas semesta. Dengan mengakui kemahakuasaan Allah, maka kita bersedia untuk menjalani kehidupan dengan rendah hati berdasarkan tuntunannya saja.