ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Bacaan Dan Renungan Harian Selasa, 26 Maret 2024

Bacaan Dan Renungan Harian Selasa, 26 Maret 2024

“Tuhanlah Yang Terutama”

1 Samuel 15:24-31,TB2

 

Sikap Samuel kepada Saul pada perikop ini menunjukkan sebuah ketegasan dari Tuhan. Bahkan, pada ayat 29 Samuel pun semakin mempertegas perihal sikap Tuhan yang tidak dapat diombang-ambingkan oleh sikap Saul yang telah secara asal dan sembarangan berperilaku dalam menjalankan perannya sebagai raja bagi bangsa Israel. Lagi pula, nampaknya Saul memang tidak sungguh-sungguh menyadari dan menyesali kesalahan yang telah ia perbuat. Hal ini terbukti juga dengan sebuah upaya tawar-menawar dari Saul kepada Samuel yang tidak bertujuan untuk menunjukkan kesungguhnya penyesalan Saul atas keberdosaannya, melainkan demi menjaga martabatnya sebagai raja di hadapan rakyatnya sendiri. Saul masih dapat memikirkan dan mementingkan citranya sebagai raja di hadapan rakyatnya padahal Samuel baru saja memberikan teguran dan penolakan dari Tuhan atas dirinya sebagai seorang raja. Alih-alih menunjukkan penyesalan dalam ketulusan dengan penuh kesadaran, Saul justru sanggup berkata kepada Samuel, “Aku telah berdosa, tetapi tunjukkanlah hormatmu kepadaku sekarang di hadapan tua-tua bangsaku dam orang Israel.” Penyesalannya ternyata hanya sebatas ucapan yang diikuti dengan syarat untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sahabat Alkitba, permenungan firman Tuhan pada hari ini telah menampilkan kepada kita sebuah kenyataan sikap hidup beriman yang juga perlu kita jadikan sebagai bahan refleksi dan evaluasi terhadap diri sendrii. Secara khusus, firman Tuhan ini mengajarkan mengenai sebuah kecongkakan iman yang jauh dari ketulusan dalam penyesalan. Padahal, memahami kesalahan, mengakuinya dalam penuh kesadaran dan ketulusan hati adalah syarat mendasar untuk melakukan sebuah pertobatan di hadapan Tuhan. Semua itu tidak dilakukan demi kepuasan diri sendiri apalagi kepentingan-kepentingan personal, melainkan hanya ditujukan sebagai bakti iman kepada Tuhan. Namun, entah sadar maupun tidak sadar manusia seringkali melakukan banyak hal hanya untuk pencapaian dirinya sendiri, termasuk berbagai hal yang semestinya menjadi wujud imannya kepada Tuhan. Alih-alih menempatkan Tuhan pada posisi sentral dari kehidupannya, manusia justru menggeser Tuhan untuk kemudian ditempati oleh egonya sendiri. Alhasil, ia pun semakin sulit untuk menjalani hidup beriman yang tulus dan sejati.