Masa Adven dan Pengharapan Eskatologis Bagi Gereja Saat Ini

Artikel | 29 Nov 2025

Masa Adven dan Pengharapan Eskatologis Bagi Gereja Saat Ini


 

Seminar Alkitab | Dr. Bambang Subandrijo, Ph.D.

 

Masa Adven merupakan periode liturgis yang mengajak umat Kristiani memasuki penantian yang penuh harapan. Adven bukan hanya mengenang kedatangan Kristus yang pertama dalam inkarnasi, tetapi juga mengarahkan perhatian kepada παρουσία (parousia), kedatangan Kristus yang kedua sebagai penyempurnaan keselamatan. Namun pengharapan eskatologis sering kali dipahami secara sempit sebagai penantian pasif dan privat, terpisah dari tanggung jawab terhadap dunia dan realitas kehidupan. Dalam perkembangan teologi kontemporer, pemahaman eskatologi harus direinterpretasi sebagai pengharapan aktif yang membangun masa depan, bukan sebagai eskapisme spiritual.

 

Eskatologi Ekologis: Masa Depan yang Tidak Dapat Dipisahkan dari Pemeliharaan Ciptaan

Teolog ekologis Katherine Keller menegaskan bahwa eskatologi Kristen yang bertanggung jawab adalah eskatologi ekologis. Menurutnya, masa depan kosmis tidak dapat dipisahkan dari kondisi ekologi bumi saat ini. Kita hidup di ambang sejarah ketika ketidakadilan ekologis memunculkan kenyataan pahit: seperempat penduduk dunia hanya mengkonsumsi sisa-sisa kehidupan dari sebagian kecil populasi yang menikmati surplus hasil eksploitasi alam. Jika keserakahan dan ketidakpedulian terhadap ekosistem dibiarkan berlanjut, manusia bersama-sama akan menuai kehancuran.

 

Keller menolak pandangan eskatologi yang menjanjikan masa depan supranatural yang gemilang tanpa mengaitkannya dengan tanggung jawab terhadap bumi. Ketika pengharapan hanya ditumpukan pada intervensi ilahi tanpa kesadaran ekologis dan tindakan merawat ciptaan, maka pengharapan itu menjadi ilusi. Doa harus bersanding dengan tindakan, dan iman harus diwujudkan dalam pembelaan terhadap keberlanjutan kehidupan. Eskatologi yang membumi menuntut transformasi cara hidup yang menghormati keseimbangan ekologis sebagai bagian integral dari iman kepada Allah Sang Pencipta.

 

Eskatologi dalam Perspektif Hermeneutik dan Multi-Disipliner

Richard Boham menekankan bahwa eskatologi membutuhkan pendekatan hermeneutik yang terus menerus menafsirkan ulang tradisi iman secara bertanggung jawab. Eskatologi bukan doktrin statis tentang “akhir dunia”, melainkan refleksi dinamis mengenai takdir manusia dan kosmos. Karena itu pemikiran eskatologis harus berdialog dengan perkembangan intelektual dan disiplin ilmu yang lain.

 

Boham mengidentifikasi setidaknya enam pendekatan inovatif yang memperkaya wacana eskatologis kontemporer:

1. Ekologi dan eskatologi,

2. Sains dan eskatologi,

3. Feminisme dan eskatologi,

4. Kekristenan global dan eskatologi,

5. Estetika dan eskatologi,

6. Teori postkolonial dan eskatologi.

 

Pendekatan multidisipliner membuka ruang bagi pemahaman eskatologis yang lebih relevan dan inklusif, serta memperluas horizon pengharapan bagi masa depan umat manusia.

 

Eskatologi dan Pluralitas Agama: Menuju Dialog Masa Depan Bersama

Dalam konteks dunia yang semakin plural dan terhubung, Boham menekankan perlunya mempertimbangkan alteritas, yaitu perubahan pandangan dari paradigma eksklusif menuju paradigma dialogis. John Hick mendorong revolusi perspektif teologis dengan analogi Kopernikus: agama tidak lagi menjadi pusat absolut penilaian kebenaran satu sama lain, tetapi dipahami sebagai tanggapan berbeda terhadap Realitas Tertinggi yang sama.

 

Pemikiran ini mengarahkan eskatologi kepada kerja sama lintas iman dalam membangun masa depan bersama, bukan kompetisi klaim kebenaran. Doktrin Trinitas, dengan relasi perbedaan yang menyatu, menawarkan model teologis untuk memahami pluralitas sebagai anugerah, bukan ancaman. Eskatologi berbasis dialog lintas iman menjadi kunci untuk menciptakan harapan kolektif bagi keberlangsungan bumi dan kemanusiaan.

 

Eskatologi dalam Perspektif Politik dan Realitas Penderitaan

Akar pengharapan eskatologis Kristen muncul dari pengalaman penderitaan umat Israel dan gereja mula-mula. Karena itu, menurut Boham, eskatologi selalu memiliki dimensi sosio-politik. Injil tidak lahir dalam ruang aman, tetapi dalam pergumulan terhadap tirani, kekerasan, dan ketidakadilan struktural.

 

Kebangkitan Kristus menjadi simbol teologis yang kuat untuk menantang tirani kematian sebagai senjata pamungkas penindasan. Maka pengharapan bukanlah pelarian spiritual dari realitas sosial, tetapi komitmen untuk membebaskan manusia dari struktur kejahatan. Eskatologi sejati harus menjadi suara profetis yang menghadirkan harapan di tengah keputusasaan dan memperjuangkan keadilan dalam sejarah.

 

Adven dan Prapaskah dalam Perspektif Eskatologis

Dalam konteks liturgis, Adven dan Prapaskah memiliki penekanan teologis yang berbeda namun saling melengkapi. Adven adalah masa penantian penuh pengharapan, mengenang inkarnasi Kristus dan mengantisipasi kedatangan-Nya yang kedua sebagai penyempurnaan kerajaan Allah. Prapaskah adalah masa pengenangan penderitaan, penyaliban, dan kebangkitan Kristus sebagai pusat karya penebusan.

 

Meski berbeda fokus, keduanya bertemu dalam perspektif soteriologis: keselamatan dimulai dalam inkarnasi, diwujudkan melalui salib, dan disempurnakan dalam parousia. Karena itu pengharapan eskatologis bukan hanya menanti, tetapi menghidupi keselamatan yang telah dianugerahkan.

 

Penutup: Eskatologi yang Membangkitkan Harapan

Eskatologi Kristen harus berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan ilahi bagi dunia, dan membangkitkan harapan, bukan ketakutan. Pengharapan tidak lahir dari pelarian menuju langit, tetapi dari keterlibatan dalam pemulihan bumi dan kemanusiaan.

 

Eskatologi adalah tentang transformasi akhir dari penciptaan dan penebusan sejarah, sebuah τέλος (telos: tujuan akhir) yang penuh harapan, bukan kehancuran.

 

Dalam dunia yang dilanda krisis ekologis, konflik sosial, polarisasi politik, dan kehilangan orientasi moral, tugas gereja adalah menjadi saksi harapan, menghadirkan bahasa dan tindakan yang meneguhkan kehidupan. Adven mengajak kita tidak hanya menunggu Kristus, tetapi menjadi rekan sekerja Allah dalam membangun masa depan yang lebih manusiawi, adil, dan lestari.

 

“Adven bukan sekadar menanti, tetapi mengerjakan harapan.”


Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia