Program Literasi Mengubah Hidup Seluruh Keluarga
Di Kepulauan Solomon, di kawasan Pasifik, program literasi (pemberantasan buta aksara) menjadi alat ampuh untuk mengubah kehidupan masyarakat. Meskipun 90% penduduknya bersekolah formal, angka melek huruf fungsional di provinsi-provinsi besar di sana masih rendah, hanya berkisar antara 7-17%. Menyadari dampak signifikan dari buta huruf terhadap mata pencaharian dan pertumbuhan rohani, Lembaga Alkitab di Pasifik Selatan (BSSP), bekerja sama dengan Asosiasi Literasi Kepulauan Solomon (LASI), mempelopori proyek literasi transformatif ini.
Menjembatani Kesenjangan Literasi dengan Alkitab
Komitmen BSSP dalam menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa lokal telah menghasilkan Perjanjian Baru tersedia dalam 19 bahasa dan Alkitab lengkap dalam 3 bahasa, termasuk bahasa Pijin yang banyak digunakan. Ibu Ledua Turaganivalu, Manajer Operasional BSSP, menyampaikan hubungan antara penerjemahan BSSP dan pekerjaan literasi:
“Saya rasa bagi Lembaga Alkitab, kami mendapati bahwa penerjemahan kitab suci ke dalam bahasa ibu adalah prioritas kami. Namun kami menemukan bahwa terjemahan ini tidak dibaca atau digunakan di banyak komunitas Kepulauan Solomon. Para pemimpin gereja membaca Alkitab terjemahan dalam bahasa Inggris, kemudian mereka berkhotbah di Pijin. Salah satu alasannya adalah mayoritas umat tidak bisa membaca dalam bahasa ibu mereka sendiri. Jadi, program literasi ini membantu masyarakat membaca dalam bahasa ibu mereka dan juga Pijin…”
Penerjemahan Alkitab dalam Bahasa local fokusnya adalah memastikan setiap orang dapat membaca dan memahami Alkitab dalam bahasa yang dekat dengan hati mereka. Tidak berguna memiliki Kitab Suci kalau tidak bisa membaca dan memahami isinya, seperti dijelaskan Mansueto Casquite, Penasihat Literasi Asia-Pasifik Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (UBS) Asia-Pasifik:
“Melek huruf menghubungkan penerjemahan Alkitab dengan keterlibatan umat terhadap Alkitab. Di kalangan UBS, kami menekankan pentdapat ingnya Alkitab yang dicetak dan diterbitkan bisa dipahami isinya. Agar umat dapat terlibat, memahami makna kitab yang dibacanya dan menerapkanya dalam kehidupan mereka. Memahami isi Alkitab pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan iman dan spiritual pribadi maupun masyarakaat.”
Tujuan dari proyek Literasi di Kepulauan Solomon adalah membantu 1.500 generasi muda dan warga dewasa, di 10 jemaat dari sinode Gereja Injili ”Pantai Selatan” dari sekarang hingga akhir tahun 2026, agar bisa membaca dan menulis dalam bahasa mereka sendiri. Dengan membuat kemudahan akses kepada Alkitab dan membuat isinya mudah dipahami, harapannya kehidupan spiritual dan komunal masyarakat di Pantai Selatan meningkat.
Dampak Feminin
Dalam masyarakat patriarki di mana kaum laki-laki yang dominan sering ragu atau malu untuk mengakui keterbatasan kemampuan baca tulis mereka, kaum perempuan menjadi penerima manfaat utama dan pendukung inisiatif ini. Kaum perempuan lebih terbuka dan tidak malu mengakui keterbatasan mereka dalam baca dan tulis sederhana.
Dengan belajar membaca secara tekun, para wanita ini tidak hanya memperoleh pemberdayaan pribadi tetapi juga membawa Firman Tuhan ke dalam rumah mereka, yang memberikan dampak positif bagi keluarga dan komunitas mereka. Turaganivalu menjelaskan bagaimana tren ini diketahui oleh masyarakat yang dilayani oleh proyek ini:
”Kami menemukan bahwa mayoritas peserta literasi, sekitar 85%, adalah perempuan dan pelajar dewasa. Agaknya ini menunjukkan bahwa laki-laki diprioritaskan untuk mendapatkan pendidikan formal dan perempuan di masa lalu lebih banyak tinggal di rumah. Saat ini, masyarakat melihat bahwa pendidikan sangat penting bagi pembangunan masyarakat. Program literasi membantu perempuan untuk dapat membaca, membangun persekutuan Kristen satu sama lain dan membaca kitab suci untuk diri mereka sendiri. Para pendeta di komunitas tersebut menyampaikan kepada kami harapan mereka, agar para perempuan ini setelah menamatkan program pemberantasan buta aksara dapat berpartisipasi dalam pelayanan di gereja. Saya pikir apa yang mendorong para wanita ini adalah hasrat mereka untuk dapat membaca Alkitab dan menjadi anggota gereja dan komunitas masyarakat yang berguna.”
Kelas Literasi Membuat Perbedaan
Provinsi Malaita menjadi fokus utama proyek ini, khususnya dalam bahasa Baeggu, Kwaio, dan Fataleka. Baru-baru ini, tim proyek BSSP bekerja sama dengan LASI mengunjungi Provinsi Malaita. Mereka disambut dengan hangat saat berkeliling di 22 desa. Tim menyaksikan langsung dampak dari kelas literasi. Turaganivalu membagikan beberapa pengalaman terkininya dan kesaksian yang dia terima:
“Ketika mengunjungi komunitas yang telah menyelesaikan program literasi, salah satu perempuan menceritakan bahwa ketika mereka pergi ke kota, mereka tidak dapat membaca rambu-rambu di sepanjang jalan, namun setelah melek huruf mereka sekarang dapat membaca rambu/petunjuk di kota dan membantu anak-anak mereka sendiri dalam pekerjaan rumah mereka. Yang lain menceritakan bahwa dia merasa percaya diri untuk melayani di gereja setelah menyelesaikan program literasi.”
Dedikasi dan dukungan dari tim LASI dan para relawan lokal menjadikan program ini berjalan efisien dan efektif. Kelas-kelas membaca ini lebih dari sekedar sesi pendidikan. Mereka belajar bersama dan berbagi pengalaman yang mengubah hidup, yang menumbuhkan kepercayaan diri dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan masyarakat.
Merayakan Kesuksesan dan Melihat ke Depan
Dampak positif dari program pemberantasan buta aksara ini sudah mulai terlihat. Perempuan, yang merupakan peserta utama, semakin percaya diri dan aktif terlibat dalam kegiatan gereja dan berbagai kegiatan masyarakat. Keterampilan baca tulis telah memperdalam pemahaman mereka tentang Alkitab, memperkaya kehidupan rohani, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Pemberdayaan perempuan ini juga membawa dampak yang besar, yaitu seluruh keluarga terpapar dan diubahkan hidupnya oleh Firman Tuhan.
Diterjemahkan dari: ubscommunity.org