“Malam itu, meskipun hujan turun dengan deras, kami tenang-tenang saja. Tidak ada yang mengira banjir akan kembali datang,”tutur Pdt. Jefta Teguh Saroso, pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) Demak. Satu bulan sebelumnya, pada bulan Februari banjir juga sempat melanda Demak. Hanya saja banjir pada akhir Maret tersebut jauh lebih parah. Jika pada banjir di bulan Februari, air berasal dari luapan Sungai Tuntang yang berhulu di daerah Salatiga dan pasang naik (rob) dari laut Jawa, maka pada banjir bulan Maret air berasal dari luapan Sungai Wulan. Akibat hujan yang turun dengan derasnya beberapa tanggul penampungan air jebol tidak mampu menerima luapan air. Sungai Wulan yang memiliki hulu di daerah Kedung Ombo pun menerima limpahan air yang sangat deras dan berakibat banjir di daerah Demak, Kudus dan sekitarnya.
”Saya dan keluarga malam itu berkumpul di rumah pastori (rumah dinas pendeta). Ternyata air begitu cepat naik. Dalam jangka setengah jam sudah naik setinggi lutut,”lanjutnya. “Kami pun segera menyingkir dari rumah menuju gedung gereja, yang memiliki lantai lebih tinggi,”lanjutnya. “Agar aman dari jangkauan air, kami sementara tinggal di bagian dekat mimbar, yang jauh lebih tinggi dari lantai sekitarnya.” Pdt. Jefta menyebut banjir akhirnya surut setelah merendam Demak 10 hari lamanya.
Banyak pihak mengatakan, banjir di Demak pada tahun ini merupakan banjir terburuk dalam 30 tahun terakhir. Sekitar 13 kecamatan terendam banjir dan 25.000 warga harus mengungsi dari tempat tinggal mereka. Lebih memprihatinkan lagi banjir terjadi saat sebagian besar warga sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Menjalankan ibadah puasa di pengungsian, dalam suasana penuh keterbatasan dan penderitaan tentu tidak mudah.
Begitu tinggi air mulai berkurang, Pdt. Jefta dan jajaran majelis GKJ Demak mulai berkoordinasi dan menetapkan pelayanan darurat bagi warga terdampak bencana. Pdt. Jefta mulai berkoordinasi dengan gereja-gereja lain anggota Badan Kerja Sama Gereja-gereja Demak (BKGD) maupun relawan-relawan lain yang berasal dari beragam latar belakang. “Yang paling sulit pada saat itu adalah mendapatkan informasi atau data yang up to date mengenai sebaran wilayah banjir dan lokasi-lokasi yang perlu mendapatkan pertolongan prioritas,”tuturnya.“Kami lebih banyak mendapatkan informasi dari tingkat provinsi. Mungkin karena semua pihak di Demak mengalami kesulitan.” Setelah mendapatkan informasi yang cukup, GKJ Demak pun mulai membuka posko dan melakukan pelayanan penyaluran sembako untuk dikirim kepada warga-warga terdampak banjir. Tak lama kemudian datang bantuan dari Tim Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (Yakkum). GKJ Demak bekerja sama dengan Yakkum membuka pelayanan pengobatan gratis bagi warga terdampak banjir.
Kamis, 9 Mei 2024 kemarin dalam Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, Pdt. Jefta dalam khotbahnya menyampaikan penghargaannya kepada segenap jemaat yang dengan rela hati bergotong-royong melakukan pelayanan bagi korban banjir. “Banjir memang membawa penderitaan dan kesulitan bagi kita semua. Namun, di tengah kesulitan tersebut kita masih mampu berbagi dan melayani sungguh suatu hal yang patut kita syukuri bersama,”terangnya.
Di tengah-tengah Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus tersebut, hadir pula tim dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang datang untuk menyerahkan secara simbolis bantuan Alkitab bagi warga dewasa maupun anak-anak. Alpha Martyanta, selaku Ketua Tim Penanggulangan Bencana LAI, menyampaikan dalam sambutannya,”Hari ini kami hadir di Demak membawa semangat persaudaraan dan kemitraan, untuk menyampaikan dukungan dan rasa empati kami mewakili gereja-gereja di Indonesia kepada warga jemaat korban banjir di Demak dan sekitarnya,”tuturnya.
“Kami berharap kehadiran Alkitab ini mampu menjadi pengganti Alkitab Bapak dan Ibu yang rusak oleh karena banjir. Semoga firman Allah mampu menjadi penghiburan, sahabat dalam kesesakan dan pelita dalam menjalani kehidupan,”lanjutnya. Bantuan Alkitab diterima secara simbolis oleh Majelis Jemaat GKJ Demak.
Siang harinya, masih bertempat di ruang ibadah GKJ Demak, LAI kembali berjumpa dengan perwakilan tujuh gereja anggota BKGD untuk melakukan serah terima Alkitab bagi warga jemaat yang berasal dari gereja tersebut. Sebenarnya di wilayah Demak dan sekitarnya ada lebih dari 40 gereja. Namun, sampai batas waktu yang ditetapkan hanya 8 gereja yang mengirimkan data kebutuhan Alkitab bagi warga terdampak banjir. Delapan gereja tersebut adalah: GKJ Demak, GBI Mranggen, GIA Bumirejo, GIA Kuripan, GKII Abdiel, GKJ Mijen, GKJ Mranggen Pepanthan Bumirejo, dan GPdI Sayung.
Dalam pertemuan tersebut LAI juga menyampaikan secara singkat visi misi dan kegiatan pelayanannya kepada para hamba Tuhan yang hadir. Suasana pertemuan berlangsung ceria dan penuh keakraban. Seakan-akan tidak tampak tanda-tanda bencana sebulan yang lampau. Para hamba Tuhan yang hadir tampak penuh semangat dan antusias menerima dukungan Alkitab Terjemahan Baru Edisi 2 (TB-2). Suasana penuh keakraban juga terlihat bagaimana antar gereja saling menolong dalam pengangkutan Alkitab menuju lokasi gereja masing-masing. Secara keseluruhan untuk Demak dan sekitarnya LAI menyerahkan 1.500 eksemplar Alkitab yang terdiri dari 1.300 Alkitab ukuran standar untuk warga jemaat dewasa dan 200 eksemplar Alkitab Anak.
Sekilas Tentang GKJ Demak
GKJ Demak yang menjadi tuan rumah menyambut LAI, boleh dikatakan merupakan gereja tertua di Kabupaten Demak. Lokasinya hanya berjarak sekitar 800 meter dari Alun-alun Demak, tepatnya di Jl. Betengan, Petengan Selatan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak.
“Bangunan yang kami pergunakan sebagai gedung gereja ini dulunya merupakan lokasi sekolah Kristen yang sekarang sudah tutup. Kami membeli Hak Guna Bangunan (HGB)-nya,”terang Pdt. Jefta. Sore itu, sambil menikmati kopi panas kami mendengarkan cerita beliau tentang perjalanan GKJ Demak.
Berdirinya GKJ Demak di masa lampau tidak bisa dilepaskan dari kehadiran para tenaga kesehatan (Nakes) yang mengemban tugas pelayanan kesehatan di Kabupaten Demak dan sekitarnya sekitar tahun 1930-an.
“Ternyata ketulusan dan semangat melayani dari para tenaga kesehatan yang kebetulan orang-orang Kristen tersebut mampu memikat hati banyak anggota masyarakat untuk belajar mengenal Tuhan dan menerima iman Kristen,”terang Pdt. Jefta yang merupakan pendeta ke-5 di GKJ Demak. “Komunitas Kristen pertama di Demak dibentuk di Desa Karangmlati, Kecamatan Demak pada 1930. Adanya tokoh-tokoh umat Kristen tersebut dibuktikan dengan adanya makam-makam Kristen tua di daerah Kelurahan Kalicilik.”
Mulai tahun 1930, persekutuan Kristen di Kabupaten Demak terus berkembang dan sempat menjalankan ibadah dari rumah ke rumah hingga dibangun sebuah rumah ibadah di Betengan. Begitu banyak yang hadir, rumah ibadah tidak mampu menampung umat yang datang. Puji Tuhan ada seseorang yang menawarkan tanah, yang kemudian dibeli gereja untuk membangun rumah ibadah," terang Pendeta Jefta. Setelah era kemerdekaan, komunitas Kristen di Kabupaten Demak sempat memudar dan muncul kembali pada tahun 1950-an. Selanjutnya pada tahun 1955 GKJ Demak diresmikan menjadi gereja yang mandiri.
Saat ini GKJ Demak memiliki sekitar 600 warga jemaat, yang terdiri dari warga jemaat gereja induk dan warga jemaat dari 3 wilayah pepanthan (bakal jemaat). “Sebagian besar warga jemaat kami adalah para pedagang, pegawai negeri, karyawan swasta. Ada juga yang bertani dan berwirausaha,”tutur Pdt. Jefta.
Saat ini Pdt. Jefta menjadi satu-satunya pendeta yang melayani di GKJ Demak dengan wilayah pelayanan begitu luas. Beberapa hari sebelum LAI tiba, GKJ Demak baru saja ditinggalkan salah satu gembalanya, yaitu: Pdt. Em. Natanael Sih Pujiono, S.PAK., M.Min. Beliau dikebumikan di Solo, Jawa Tengah. Ketika LAI tiba di Demak, Rabu sore, baru saja Pdt. Jefta tiba dari Solo, selepas ibadah pemakaman.
Di tengah keberagaman warga masyarakat di Kota Wali, Demak, GKJ Demak berupaya hadir dan menyatakan jatidirinya sebagai murid Kristus di tengah masyarakat majemuk. Semangat mereka terlihat dari moto mereka di media sosial: Menjadi Gereja Intergenerasional yang melayani tanpa "tepi" tanpa "tapi". Setiap orang yang telah merasakan anugerah keselamatan dari Yesus Kristus, memang dipanggil untuk melayani tanpa “tepi” dan tanpa “tapi”. Kita menjadi kepanjangan tangan Kristus yang hadir demi semua dan untuk semua orang.
Banjir memang telah merusak banyak hal. Namun air bah tidak memupuskan semangat dan harapan umat Kristiani di Demak. Semoga kehadiran Alkitab menjadi sobat yang menguatkan bagi mereka dalam menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di tengah dunia. Terima kasih atas dukungan dari mitra-mitra pelayanan LAI yang telah memungkinkan dukungan ini tersalurkan dengan baik.
Rasul Paulus pernah menulis demikian,” Kita tahu bahwa Dia turut bekerja dalam segala sesuatu demi kebaikan orang-orang yang mengasihi Allah yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencananya.” (Roma 8:28, TB-2). Dalam segala peristiwa, dalam masa suka maupun duka, Allah bekerja untuk menghadirkan kebaikan bagi kita semua. Di balik bencana pun kita yakin Tuhan punya rencana yang baik dan indah untuk kita semua. Tetap semangat, Tuhan memberkati kita semua. (keb)