Benar-benar Seorang Pelayan

Berita | 17 April 2025

Benar-benar Seorang Pelayan


YOHANES 13:1-20 

 

Di Luar Kebiasaan 

Membasuh kaki mungkin  bukan kebiasaan yang lazim di Indonesia masa kini. Kaki kita telah terlindungi dengan baik dan mungkin tidak terlalu kotor ketika habis bepergian dari berbagai tempat. Terlebih lagi dengan moda transportasi modern, rasanya semakin jarang kaki kita “bersentuhan” dengan tanah. Namun kondisinya berbeda pada masa lampau terkhusus ketika Yesus hidup. Saat itu moda transportasi sangat terbatas, orang harus berjalan kaki untuk mencapai tujuannya, ditambah lagi kondisi jalan yang belum cukup baik (hanya berupa tanah dan bebatuan). Maka sangat diwajibkan bagi setiap orang di masa itu untuk membasuh kakinya sebelum memasuki rumah. Di rumah tangga sederhana, setiap orang membasuh kakinya sendiri. Namun pada rumah tangga mapan dari golongan yang berkecukupan, tugas membasuh kaki dibebankan kepada para hamba yang mengabdi di rumah tersebut.

 

Pada teks  saat ini, kita melihat sebuah tindakan yang di luar kebiasaan. Kala itu Yesus dan murid-murid-Nya tengah makan bersama sebelum hari raya Paskah dimulai. Injil Yohanes menggambarkan sisi emosional Yesus sebagai alasan dari pertemuan malam itu. Ia tahu bahwa akhir dari tugas perutusan-Nya di dunia akan segera tiba. Sebentar lagi Yesus akan berpisah secara fisik dengan murid-murid-Nya, dan Roh Kudus akan menyertai mereka sampai kesudahan zaman. Dalam suasana perpisahan itu, Yesus sekali lagi menampakkan cinta kasih-Nya yang begitu besar kepada para murid. Ia menanggalkan jubah-Nya, mengambil sehelai kain lenan, mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian menuangkan air pada sebuah wadah, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya.

 

Ya kita tidak salah membaca. Yesus yang dipandang sebagai seorang Rabi, bahkan Sang Juruselamat itu rela membasuh kaki murid-murid-Nya. Sebuah tugas yang seharusnya dilakukan oleh seorang hamba. Maka protes dari Petrus sungguh dapat kita pahami. Namun Yesus mencoba untuk menjelaskan tindakan-Nya. Pembasuhan itu adalah penanda dari kasih Allah yang telah dinyatakan dalam Kristus, merengkuh mereka yang berdosa untuk menggemakan inisiatif Allah yang terlebih dahulu mewartakan anugerah pengampunan-Nya.

 

Supaya Engkau Saling Membasuh

Pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus juga bermakna pedagogis. Yesus hendak memberikan keteladanan agar kelak saat Ia tidak lagi bersama para murid. Mereka tidak lagi menuntut untuk dibasuh terlebih dahulu dan minta dilayani. Melainkan saling membasuh dan melayani. Sebagaimana Sang Guru, rela merendahkan diri-Nya dan memilih untuk melayani dibandingkan dilayani. Melalui tindakan sehari-hari itu, Yesus melahirkan banyak makna serta pengajaran kepada para murid di sepanjang zaman.

 

Keteladanan ini juga penting sebagai upaya untuk tetap mempersatukan murid Kristus. Sehingga saat Yesus pergi, mereka tidak lagi merebutkan kuasa dan siapa yang menjadi pemimpin gerakan tersebut, melainkan tetap fokus pada pengajaran-Nya dan memberikan keteladanan bagi dunia di sekitar mereka. Nilai yang diteruskan oleh Yesus adalah sebuah nilai tandingan di hadapan dunia yang tengah dikuasai oleh Imperium Romawi yang mementingkan kuasa dan jabatan di atas segalanya. Bahkan kekuasaan tersebut sah-sah saja jika dicapai dengan beragam cara yang bertentangan dengan nilai-nilai moral sekalipun. Mereka yang berada pada puncak kuasa patut untuk dilayani, sementara mereka yang berada di bawah adalah alas kaki para penguasa dianggap lazim saja bila dimanfaatkan dan ditindas.

 

Dengan demikian pada tindakan pembasuhan tersebut terkandung nilai-nilai pembeda yang menampilkan perlawan terhadap nilai-nilai bobrok yang telah lama dinormalisasikan. Penerus-penerus Kristus adalah generasi-generasi baru yang mengusung kasih dan saling melayani, dibandingkan dengan hasrat untuk meminta dilayani dan selalu mencari tempat untuk berkuasa. Hasrat purba untuk berkuasa itu pada akhirnya akan membinasakan dunia. Yesus menawarkan cara baru untuk memperlakukan sesama yakni dengan saling membasuh. Tindakan tersebut  adalah sebuah tindakan resiprokal yang menuntut keaktifan dua subyek setara dalam bingkai kerendahan hati untuk saling melayani. Siapa yang berhak untuk dibasuh? Semua orang, bahkan dalam kisah kita Yudas yang telah menerima bisikan Iblis untuk mengkhianati guru-Nya, turut menerima pembasuhan Yesus. 

 

Sungguh-sungguh Menjadi “Pelayan”

Pada momen Kamis Putih ini kita diajak untuk mengingat kembali pesan-pesan terakhir Yesus sebelum kepergian-Nya. Bahkan saat menyongsong wafat-Nya, Ia masih tetap memikirkan dan mengutamakan murid-murid-Nya. Membasuh kaki para murid untuk menunjukkan keteladanan atas kerendahan hati serta memberi diri bagi orang lain. Ia tetap setia menjadi Sang Hamba yang mengosongkan diri-Nya serta memilih untuk lebih dahulu melayani dibandingkan dilayani. Melalui momen Kamis Putih, kita diingatkan untuk menghidupi panggilan Tuhan dalam pengorbanan serta pelayanan yang kita lakukan kepada orang lain. Umat TUHAN yang menghidupi anugerah Tuhan dengan saling melayani sesungguhnya tengah menawarkan cara pandang alternatif kepada dunia yang dikuasai dengan ambisi serta penindasan terhadap mereka yang lebih lemah. 

 

Pertanyaan Reflektif

Mengapa kita sering merasa begitu sulit untuk mendahulukan dan melayani orang lain sebelum diri sendiri?

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia