Bersama dalam Misi, Kuat dalam Sinergi Berbasis Spiritualitas Alkitab

Berita | 10 Jun 2025

Bersama dalam Misi, Kuat dalam Sinergi Berbasis Spiritualitas Alkitab


Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sejak 1954 menjalankan mandat mulia untuk menerjemahkan, menerbitkan, dan menyebarluaskan Firman Tuhan ke seluruh pelosok Indonesia. Namun, tantangan zaman menuntut LAI untuk terus beradaptasi. Perubahan media, kesenjangan generasi, serta kebutuhan akan kolaborasi lintas denominasi menuntut pembaruan strategi.


Demi menjawab tantangan tersebut dan mewujudkan visi “Firman Allah Menjangkau Semua Generasi”, LAI mengadakan Rapat Kerja dan Retreat pada 9–11 Juni 2025 di Bumi Silih Asih (BSA), sebuah rumah retret milik Keuskupan Bandung. Pemilihan lokasi ini bukan sekadar keputusan teknis, melainkan simbol dari kesatuan tubuh Kristus. BSA telah lama menjadi ruang bagi perjumpaan lintas iman dan denominasi, menjadikannya tempat yang ideal untuk membangun semangat sinergi dalam spiritualitas Alkitabiah.


Rapat kerja dan retreat ini membahas sejumlah tantangan utama yang dihadapi LAI, yaitu:

1. Penerjemahan Kontekstual dan Inklusif

LAI menghadapi kompleksitas penerjemahan ke ratusan bahasa daerah, dengan tuntutan akurasi dan relevansi budaya. Proyek Terjemahan Baru Edisi 2 menjadi contoh sinergi Protestan-Katolik dalam menerjemahkan Firman Tuhan secara bersama dan terbuka.


2. Digitalisasi dan Generasi Muda

Perubahan pola konsumsi media mendorong LAI mengembangkan platform digital Alkitab yang interaktif dan kontekstual. Namun, keterbatasan infrastruktur di daerah 3T menjadi tantangan tersendiri.


3. Nilai Oikumene dan Kolaborasi Lintas Denominasi

Kerja sama LAI dengan Lembaga Biblika Indonesia (LBI) menunjukkan kekuatan kolaborasi lintas tradisi Kristen. Alkitab Deuterokanonika pun kini merupakan hasil penerjemahan bersama dengan LAI.


4. Sinergi Internal: Kepemimpinan dan Komunikasi

Koordinasi antara pengurus yayasan dan manajemen menjadi kunci untuk menjaga semangat pelayanan dan efisiensi kerja. Retreat ini menjadi momen penting menyelaraskan arah langkah bersama.


Rapat kerja dan retreat di BSA dimulai dengan ibadah bersama dan sesi perkenalan antara Organ Yayasan dan jajaran manajemen LAI. Acara dilanjutkan dengan sesi evaluasi program, pembahasan kendala distribusi, keterbatasan dana penerjemahan, serta usulan strategi ke depan.


Sesi khusus juga diadakan bersama perwakilan Keuskupan Bandung, yakni Romo Yohanes Subagyo. Ia menegaskan bahwa seluruh Alkitab yang digunakan oleh umat Katolik di Indonesia merupakan hasil kerja sama dengan LAI. Bahkan, semua terjemahan tersebut telah diperiksa secara ketat oleh para profesor dan pakar Katolik yang tergabung dalam Lembaga Biblika Indonesia (LBI). Dengan kata lain, umat Katolik tidak hanya menggunakan Alkitab terbitan LAI, tetapi juga turut berkontribusi dalam proses penerjemahan secara akademis dan spiritual.


Pernyataan ini menjadi momen pengungkapan yang menggugah. Banyak peserta, termasuk dari kalangan Protestan dan Injili, terinspirasi oleh pengakuan ini sebagai bukti nyata bahwa Firman Tuhan memang melampaui sekat-sekat denominasi.


Pdt. Anwar Tjen menambahkan bahwa pada awal proses penerjemahan, metode yang digunakan adalah saling bertukar bacaan: para pakar Katolik membaca bagian Protokanonika (yang umumnya digunakan Protestan), sedangkan pakar Protestan membaca bagian Deuterokanonika (yang lazim di kalangan Katolik). Namun, dalam proyek Terjemahan Baru Edisi 2, mereka melangkah lebih jauh—bekerja bersama-sama menerjemahkan setiap baris. Bukan sekadar “bertukar bacaan,” tetapi menyatu dalam satu semangat untuk menerjemahkan Firman Tuhan dengan cinta dan kejujuran akademik.


Sebagaimana disampaikan oleh Pdt. Anwar, “Setiap baris yang diterjemahkan adalah perjuangan, bukan hanya antara bahasa, tetapi juga antara hati dan iman yang kemudian dipertemukan oleh hikmat dari atas.”


Kesaksian ini disambut penuh empati oleh peserta, termasuk Pdt. Henriette Hutabarat-Lebang, yang turut berbagi pengalaman dalam pelayanannya. Ia menyampaikan bahwa setiap kali berkhotbah, ia dengan sadar menggunakan Alkitab Deuterokanonika. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada jemaat bahwa Alkitab yang digunakan oleh umat Katolik dan Protestan sejatinya berasal dari semangat dan sumber yang sama.


“Kita tidak sedang bicara soal tradisi manusia, tetapi tentang Firman Allah yang hidup dan menyatukan,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.


Menanggapi paparan dan kesaksian dari Romo Yohanes Subagyo, Pdt. Anwar Tjen, dan Pdt. Henriette Hutabarat-Lebang, sesi diskusi kemudian ditutup dengan tanggapan dari Pdt. Em. Gomar Gultom. Sebagai tokoh gereja oikumenis, pembina Yayasan LAI, dan mantan Ketua Umum PGI, beliau menyampaikan refleksi mendalam tentang makna persatuan dalam pelayanan Firman Allah.


“Saya sangat mengapresiasi sikap besar hati umat Katolik yang mempercayakan proses penerjemahan Alkitab kepada LAI,” ungkapnya. Ia menyebut hal ini sebagai bukti kepercayaan lintas tradisi yang lahir dari semangat kasih Kristus. Tak hanya itu, ia juga mengapresiasi LAI yang sejak awal membuka ruang dialog dan kolaborasi yang setara dan tulus dengan semua pihak.


Menurut Pdt. Gomar Gultom, hal yang selama ini menjadi penghalang bukanlah doktrin atau tradisi, melainkan kurangnya komunikasi dan keterbukaan. Dengan adanya kemitraan seperti antara LAI dan LBI, umat Kristen di Indonesia dapat melihat bahwa perbedaan bukanlah ancaman, melainkan potensi untuk memperkaya pemahaman akan Firman Tuhan.


“Kisah ini sangat menginspirasi,” tegasnya. Ia mengajak semua peserta untuk menjadikan pengalaman ini sebagai kesaksian publik bahwa tubuh Kristus memang satu dan tidak terbagi-bagi.


Sesi diskusi ditutup dengan pernyataan menyentuh dari Romo Subagyo:

“Cinta dan kasih Yesus itu lebih besar untuk kita. Dan dengan memaknai cinta itu, kita bisa bersama mewujudkan cinta dan kasih yang besar juga terhadap diri kita dan sesama melalui persatuan.”


Kalimat ini bukan sekadar penutup formal, melainkan undangan spiritual kepada setiap orang yang hadir untuk terus hidup dalam semangat persatuan dan kasih. Tidak hanya dalam rapat kerja, tetapi dalam seluruh praktik pelayanan LAI ke depan.


Di saat dunia semakin terpecah oleh perbedaan politik, budaya, dan agama, kesaksian seperti ini menjadi terang di tengah kegelapan. Firman Tuhan yang satu, diterjemahkan oleh berbagai tangan yang berbeda, menunjukkan bahwa perbedaan adalah alat Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya secara utuh.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia