Panggilan mewartakan Kabar Baik yang merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus bukan semata-mata menjadi tugas dan tanggung jawab Lembaga Alkitab Indonesia, tetapi juga merupakan tugas dan tanggung jawab gereja-gereja dan umat Kristiani pada umumnya. LAI tidak akan mampu melaksanakan tugas panggilannya secara maksimal jika berjalan sendirian tanpa dukungan mitra-mitranya. Karenanya, LAI sebagai “badan logistik” penyedia Kabar Baik memandang perlu untuk terus bermitra dan membina kerja sama dengan gereja-gereja, yayasan, dan lembaga-lembaga penyebar Kabar Baik.
Pada, Kamis 2 Mei 2019 dilangsungkan penandatanganan kesepakatan kerja sama (MoU) antara LAI dengan dua gereja nasional, yaitu: Persekutuan Baptis Indonesia (PBI) dan Gereja Orthodox Indonesia. Kedua gereja ini sebenarnya sudah lama menjalin hubungan dan kerja sama dengan LAI. Melalui penandatangan kesepakatan kerja sama tersebut lebih ditegaskan lagi dan selanjutnya dapat ditingkatkan lagi baik dalam tingkat pimpinan gereja secara nasional maupun di tingkat gereja lokal.
Dalam sambutan awalnya, pemimpin Gereja Orthodox Indonesia, Arkimandrit Rm. Daniel Bambang Dwi Byantoro, menghargai kerja keras pelayanan LAI dalam menerjemahkan dan menyebarkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa Nusantara. Di sisi lain, beliau juga memberikan beberapa masukan terkait revisi Alkitab Terjemahan Baru. Beliau berharap Alkitab yang sedang direvisi nanti betul-betul bersumber pada arti dalam bahasa asli Kitab Suci dan dapat mengakomodasi semua aliran gereja di Indonesia. Sementara Pdt. Guntur Soebagyo dalam sambutannya mewakili Persekutuan Baptis Indonesia menuturkan bahwa kerja sama antara Gereja Baptis dan LAI sudah terjalin cukup lama. Bahkan beberapa kali Gereja Baptis menempatkan wakilnya dalam Organ Yayasan LAI. Melalui penandatanganan kesepakatan, diharapkan terjalin hubungan yang lebih erat dan saling mendukung di antara kedua pihak. Pdt. Guntur juga menjelaskan rencana Musyawarah Nasional PBI yang akan dilangsungkan bulan Oktober nanti di Jayapura. Beliau berharap, LAI juga ikut hadir dan berperan dalam kegiatan besar PBI tersebut.
Mewakili pihak LAI hadir Ketua Umum LAI, Pdt. Dr. Ishak P. Lambe dan Sekretaris Umum LAI, Dr.(Cand.) Sigit Triyono. Beliau menjelaskan, seperti halnya lembaga-lembaga Alkitab di bawah naungan Persekutuan Lembaga Alkitab Sedunia (UBS), LAI memiliki enam tugas dan panggilan, yaitu: penerjemahan, produksi dan penerbitan, penyebaran, Bible Engagement, Bible Advocacy, dan Bible Ministry. Keenam tugas dan panggilan tersebut tidak akan berjalan optimal tanpa adanya dukungan dari gereja-gereja di Indonesia. Pada titik inilah terlihat relevansi kerja sama dalam mewujudkan Alkitab untuk Semua.
Kemitraan dengan gereja-gereja, seperti PBI maupun Gereja Orthodox, sesungguhnya sejalan dengan “Piagam Philadelpia” yang dirumuskan bersama oleh lembaga-lembaga Alkitab nasional anggota UBS dalam Sidang Raya UBS di Philadelpia pada 2016, bahwa lembaga-lembaga Alkitab senantiasa melayani semua gereja (bukan satu aliran gereja tertentu), dan menghargai kerja sama kemitraan sebagai sebuah persekutuan yang berkarya bersama secara efektif. Kemitraan yang sinergis, seperti ditegaskan Sekum LAI, hanya akan terwujud bila kedua belah pihak, LAI dan gereja, saling memberdayakan.
Seperti pesan penulis Surat Efesus:
“ Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” (Ef. 4:16) [keb]
