Dipersiapkan Agar Setia

Dipersiapkan Agar Setia

Minggu Adven 2 (Lukas 1:68-79 & 3:1-6)

Zakharia adalah seorang imam yang hidup pada saat bangsa Israel berada di bawah imperial Romawi. Sebagai bangsa jajahan, situasi hidup pada saat itu tentulah tidak menyenangkan akibat batasan-batasan yang dibuat oleh pemerintah Romawi terhadap orang-orang Israel. Berdasarkan tulisan dalam kitab suci, orang-orang Israel memang sudah cukup akrab dengan berita kedatangan Mesias yang akan menghadirkan pembebasan, kebenaran dan keadilan bagi mereka. Itulah sebabnya, kita dapat melihat sebuah ekspresi sukacita yang begitu besar dari seorang Zakharia di dalam Lukas 1:68-79.

Sahabat Alkitab, nyanyian pujian sebagai bagian dari narasi kedatangan Yesus Kristus berdasarkan injil Lukas bukan hanya dilantunkan oleh Zakharia tetapi juga oleh Maria (bdk. Luk. 1:46-55). Nyanyian-nyanyian ini menjadi sebuah praktik simbolis sebagai ungkapan pemenuhan akan kehadiran Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Perhatikanlah perkataan-perkataan yang keluar dari mulut Maria dan Zakharia sebagai wujud pemenuhan harapan yang segera terpenuhi, “Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.”, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,… untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita,” Namun, nyanyian-nyanyian tersebut, secara khusus yang dilantunkan oleh Zakharia, bukan hanya sekadar ungkapan sukacita tetapi juga sebagai ucapan doa untuk mempersiapkan anaknya, Yohanes dalam menyambut kedatangan Sang Juruselamat.

Zakharia menyadari bahwa kedatangan Sang Mesias perlu dipersiapkan dan disambut, bukan dengan simbol-simbol perayaan melainkan dengan pembentukan sikap hati yang benar. Yohanes adalah seorang pembuka jalan bagi kehadiran Mesias yang disebut Zakharia sebagai ‘nabi Allah Yang Mahatinggi’. Di balik peran tersebut terdapat tugas dan tanggung-jawab yang tidak dapat dianggap remeh karena Yohanes akan menyuarakan kebenaran firman Allah untuk menyadarkan manusia atas dosa-dosa mereka. Berdasarkan narasi nyanyian syukur Zakharia dan kisah pelayanan Yohanes kali ini, kita pun diajak belajar sebuah bentuk teladan sikap hati yang benar, yaitu setia.

Menjalani tugas sebagai penyambut kedatangan Sang Juruselamat berarti kita perlu membentuk kesetiaan untuk mewujudkan kebenaran firman Allah. Kesetiaan ini jugalah yang muncul dalam Lukas 3:1-6, ketika Yohanes menjalankan perannya sebagai nabi Allah yang mempersiapkan jalan bagi Sang Juruselamat.  Segala berita pertobatan dan seruan firman Allah yang dilakukan Yohanes sangatlah penting untuk memperlihatkan kepada dunia tentang apa itu keselamatan. Semua tugas itu pun berhasil Yohanes lakukan karena ia memiliki kesetiaan.

Sahabat Alkitab, pada minggu Adven kedua ini, kita diajak berefleksi melalui doa syukur Zakharia dan karya pelayanan Yohanes tentang pentingnya kesetiaan sebagai seorang yang menyambut Sang Juruselamat. Masa penantian akan kedatangan Yesus Kristus tidak bertujuan agar kita melakukan sebuah persiapan perayaan simbolis, seperti memperlengkapi pernak-pernik dekorasi Natal, dsb. Justru, pada masa penantian inilah kita perlu memperlengkapi diri dengan hal yang jauh lebih esensial, yakni kesetiaan dalam melakukan firman Allah. Ini bukan hanya menjadi tanggung-jawab Yohanes secara personal, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan setiap orang percaya. 

Selamat menjalani masa penantian sembari mengukuhkan kesetiaan sebagai pelaku firman Allah.