Greysia Polii: Keberhasilan Berarti Bersinar Buat Orang Lain

Greysia Polii: Keberhasilan Berarti Bersinar Buat Orang Lain

 

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu memberikan kado menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia. Pasangan Greysia Polii dan Apriyani mengukir sejarah, sebagai ganda putri Indonesia pertama yang meraih emas Olimpiade. Perjuangan, jerih lelah dan totalitas mereka diganjar Tuhan dengan raihan tertinggi di Olimpiade Tokyo 2022. Air mata bahagia Greys, sapaan akrabnya dan Apriyani tak terbendung kala lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di Venue Badminton Olimpiade Tokyo 2022, Musashino Forest Sport Plaza. Tak kurang seorang Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Republik Indonesia, yang menonton dari televisi larut dalam perasaan merinding, bangga, ikut menangis dan bahagia ketika Greysia dan Apriyani berhasil menyelesaikan set kedua dengan kemenangan. Bukan hanya Sri Mulyani, jutaan masyarakat Indonesia pun larut dalam kebahagiaan dan keharuan. Prestasi pasangan ganda putri bagaikan embun penyejuk di tengah terjangan pandemi, yang membangkitkan harapan dan mendorong kembali semangat masyarakat Indonesia untuk maju, tangguh dan tumbuh.

Greys lahir di Jakarta pada 11 Agustus 1987 dari pasangan Willy Polii dan Evie Pakasi. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia tinggal di Jakarta hingga ayahnya meninggal dunia saat ia menginjak usia dua tahun. Greys kemudian pindah ke Manado, tempat ia menghabiskan masa kecilnya. Ia tertarik untuk bermain bulutangkis akibat pengaruh dari saudaranya, Deyana Lomban, yang juga mantan atlet bulutangkis nasional Indonesia. Bakat bulu tangkisnya terlihat saat ia memasuki usia enam tahun. 

Pada 1995, ia dan ibunya pindah ke Jakarta untuk mendapatkan pelatihan dan kesempatan bermain bulu tangkis yang lebih baik. Ia kemudian bergabung dengan salah satu klub besar di Jakarta yaitu PB. Jaya Raya. Saat ia mulai berlatih di klub, Retno Koestijah, legenda bulu tangkis Indonesia dan salah satu pelatih di Jaya Raya melihat bahwa Greysia memiliki bakat besar untuk menjadi atlet ganda. Maka, Retno memindahkan Greysia dari pemain tunggal ke ganda. Keputusan tersebut ternyata tepat, karena Greys merasa cocok dan lebih berkembang permainannya hingga nantinya dipanggil bergabung tim nasional bulu tangkis pada 2003. 

Pelatih PB Jaya Raya yang lain, Lanny Tedjo menceritakan perjuangan Greysia Polii yang waktu itu jadi anak didiknya. Menurut Lanny, Greysia yang saat itu tubuhnya paling kecil dibanding teman sebayanya tidak terlihat minder justru mempunyai tekad yang kuat dalam berlatih.

“Untuk Greys kan dari kecil sudah kelihatan (bakatnya), waktu kecil itu dia paling kecil di tempat kita, dia masuk tahun 96, masih SD paling kecil lah,” cerita Lanny dalam zoom yang diadakan PB Jaya Raya, Selasa (3/8/2021). Lanny menuturkan, Greysia Polii kecil menjadi satu di antara pemain binaan Jaya Raya yang paling ulet berlatih.

“Waktu mulai masuk asrama dari situ latihannya terlihat Greys paling rajin, sering menambah porsi latihan. Ia sering bertanya sama atlet yang lebih senior, dan anaknya kan pede banget dari kecil sampai sekarang kan terlihat juga,” sambungnya.

Pada tahun 2003, saat memasuki  usia 16 tahun, Greys dipanggil bergabung dengan tim nasional. Sebuah kebahagiaan yang telah lama ia impikan sediri kecil. Masuk pelatihan nasional (Pelatnas) barulah awal perjuangan panjang Greys mengangkat nama bangsa dan negara dan memuliakan nama Tuhan melalui prestasinya. 

“Jadi sewaktu saya bergabung dengan Pelatnas bulu tangkis pada di tahun 2003, banyak orang dan banyak pembina yang mengatakan bahwa saya adalah satu harapan untuk bisa memajukan bulu tangkis Indonesia, khususnya di ganda putri,”tutur Greysia dalam sebuah wawancara dengan Pastor Jose dari JPCC.  

Namun perjuangan menjadi juara ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. “Dalam prosesnya waktu saya menjalani perjuangan itu, di tahun 2007, 2009,dan 2011 saya mengalami cedera. Paling puncaknya itu 2012 sebagai seorang atlet tentunya saya ingin ikut berpartisipasi dalam Olimpiade. Kenyataanya saya masuk olimpiade namun didiskualifikasi dari Olimpiade London dan itu menghancurkan semua mimpi, harapan dan segala macam pun buyar,”kenang Greysia. “Pada waktu itu banyak orang di sekitar saya  yang menyatakan buat apa berjuang, berlatih, investasi banyak-banyak, namun pada akhirnya tidak menghasilkan apapun,”lanjutnya. 

Pada 2016 Greysia Polii mencoba mempersiapkan diri lebih baik dan berjuang lagi di Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil. Kali ini ia berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Namun, keberuntungan belum berpihak. Greysia dan Nitya. Langkah mereka terhenti di perempatfinal. 

Saat Greysia dan Nitya mulai tumbuh kebersamaan dan kesehatiannya, musibah menimpa Nitya. Cedera parah membuat NItya harus menjalani operasi dan beristirahat panjang dari bulu tangkis. Greysia sempat patah arang dan bahkan sempat berniat pensiun. Karena di permainan ganda menemukan pasangan yang sehati dan sepikir tidak mudah. 

Namun, akhirnya Greysia bangkit kembali. Apa yang membuat Greys membatalkan niat pensiun? “Waktu itu masih ada sedikit orang yang percaya dengan talenta saya dalam dunia bulutangkis ini. Dan itu termasuk gereja, keluarga, dan teman-teman terdekat saya. Mereka bilang: kamu bisa! You still can do it!”tuturnya. 

 

“Pada saat itu saya sudah tidak muda lagi. Bagi seorang wanita menyerah atau pensiun adalah satu opsi yang ada di pikiran saya waktu itu. Sempat menjadi dilema buat saya untuk meneruskan atau berhenti bermain bulu tangkis. Namun, Tuhan melakukan intervensi dalam kehidupan saya. Suara Tuhan mengingatkan bahwa: kamu harus lanjutin karena kamu belum selesai. Peristiwa itu yang membuat saya yakin untuk maju kembali. Meskipun hanya sedikit suara-suara positif yang  mendukung, di antara mayoritas orang yang bilang pada saat itu: kamu sudah selesai!”kenangnya. 

Kerja keras Greys sedari kecil dan kesabarannya terus berlatih untuk mendapatkan prestasi tinggi akhirnya terbayar sudah dengan raihan prestasi tertinggi dalam Olimpiade. Lanny pun menilai, pengalaman Greysia Polii sangat berbicara banyak di Olimpiade ini. Greysia telah tumbuh menjadi sosok yang jauh lebih dewasa dan sabar. Salah satunya saat Greysia terus menenangkan Apriyani – yang masih muda untuk tak terbawa atau terpancing lawan.

“Saya lihat Greysia bisa bawa juniornya, kalau kemarin saya lihat dia bisa bawa Apri main lebih tenang. Dia coba terus menenangkan Apri supaya tidak terpancing dengan teriakan lawannya yang memancing emosi,” nilai Lanny.

“Greys bisa menenangkan Apri sehingga tak terbawa strategi lawan, di situ lah peran seorang Greysia yang bisa mendewasakan Apri di dalam lapangan. Kalau dulu mainnya kalau orang jawa bilang grasa-grusu tapi kemarin lebih tenang, bersih, jadi bisa mengontrol bola untuk bisa menyulitkan lawannya,” katanya.

Media China sports.sina ikut menyoroti keberhasilan pasangan ganda putri Indonesia meraih medali emas Olimpiade Tokyo. Dalam artikelnya media Cina tersebut kaget dengan semangat juang Greysia Polii yang tidak pernah surut. Greysia dipandang wartawan Cina sosok yang pantang menyerah meski pernah dua kali gagal di Olimpiade sejak 2012. 

"Meski Polly/Rahayu Indonesia merupakan non unggulan di Olimpiade kali ini, namun mereka juga merupakan salah satu kombinasi ganda putri terbaik bulu tangkis saat ini," tulis sports.sina. "Greysia Polii merupakan kakak tertua dari semua atlet bulutangkis yang bertanding, karena sudah berpartisipasi sejak Olimpiade London 2012 silam," lanjut penulis harian tersebut. 

Bagi Greys menjadi pribadi yang berhasil tidak selalu harus berarti menjadi nomor satu atau meraih medali emas. Greys memandang keberhasilan seseorang bisa dilihat ketika hidupnya memberi arti dan manfaat bagi orang lain. “Keberhasilan berarti bisa bersinar buat orang lain. Bersinar bukan buat diri saya sendiri saja,”tegasnya.  

Greysia berharap bahwa prestasi Indonesia tidak berhenti pada dirinya. Maka Greys pun bermimpi dirinya bisa membantu untuk melahirkan generasi atlet berprestasi yang selanjutnya. “Semoga adik-adik saya, bisa bersinar dan melanjutkan tali estafet ini. Sesungguhnya ada banyak ganda putri nasional lainnya yang bisa bersinar,”kata Greys. 

Greys sering menyampaikan kepada para juniornya: Kalian bisa melakukan lebih dari yang kalian pikirkan!”

“Berhasil artinya bukan sekadar meraih juaranya, tapi bagaimana sewaktu kita juara semua orang menghargai diri kita. Itu terjadi karena kita punya nilai yang bagus dalam hidup kita. Seperti kita punya karakter dan sikap yang bagus. Kita senang kalau kita punya karakter yang dinilai positif oleh orang lain,”tuturnya.

Di luar semangatnya di lapangan pertandingan, Greys dikenal orang-orang terdekatnya sebagai sosok yang dapat dipercaya dan menjadi tempat sahabat-sahabatnya curhat. Apa yang membuat Greys bertumbuh menjadi sosok yang tepercaya?

“Saya banyak belajar sewaktu saya mengalami kegagalan-kegagalan. Berbagai pengalaman membuat saya semakin dekat dengan Tuhan. Kemudian Tuhan mengajar dan membimbing saya agar memiliki value hidup yang bagus. Ternyata semua pengalaman hidup tersebut Tuhan persiapkan untuk saya bisa menjadi teman sharing,”katanya. 

Greys menganggap setiap sahabat yang curhat dan meminta pertolongannya bukanlah beban. Ia mengakui terkadang ia tidak perlu banyak berbicara dan memberikan pendapat, cukup menjadi pendengar yang baik. “Saya senang ketika ada yang datang, berbagi pergumulan dan saya bersyukur karena untuk itulah Tuhan telah menciptakan saya, yaitu untuk memberkati banyak orang.”

Greysia Polii yang sekarang bukan lagi sekadar juara Olimpiade, tapi pribadi tangguh yang dibentuk Tuhan menjadi alat kemuliaan nama Tuhan. Saat ditanya seorang sahabat rasanya menjadi juara Greys tidak jumawa, melainkan menjawab dengan rendah hati,”Humbled by this achievement. Dari dulu mau dapatin posisi ini susah banget, setelah sampai knowing God who behind in all the scene. Gak bisa bermegah karena Tuhan yang punya ini, kita cuma alat dan badminton hanya platform saja.” 

Pernyataan Greys selaras dengan nasihat Rasul Paulus di dalam Suratnya kepada jemaat di Korintus,” "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan (2 Kor.10:17)." Orang yang bermegah di dalam Tuhan tidak akan pernah kehilangan pengharapan dan sukacita dalam hidupnya. Seperti telah dibuktikan Greysia Polii. 



Kepustakaan

Kisah Perjuangan Greysia Polii di Bulutangkis, Tubuh Paling Kecil Tapi Paling Rajin Latihan Sendiri. Tribunnews.com. Penulis: Abdul Majid, Editor: Hasiolan Eko P. Gultom.  

Brightest JPCC, Wawancara Pastor Jose dengan Greysia Polii

Dua Kali Gagal di Olimpiade, Media China Kaget Greysia Polii Raih Emas. Indosport.com. 

Wikipedia Indonesia. Greysia Polii.