HAK KESULUNGAN

HAK KESULUNGAN

 

Israel dan budaya lain di Timur Dekat Kuno memberi kehormatan dan hak istimewa bagi putra sulung setiap keluarga. Hak kesulungan ini juga meliputi bagian istimewa dalam warisan dan kepemimpinan keluarga sesudah sang ayah meninggal (Ul. 21:15-17). Namun, hak ini dapat berpindah, seperti yang terjadi ketika Esau (putra sulung Ishak) menjual hak kesulungannya kepada Yakub (Kej. 25:29-34). Kedua belas suku Israel dinamakan menurut 12 putra Yakub yang kemudian diberi nama Israel (Kej. 32:22-28).

Ketika Ruben, putra sulung Yakub, tidur dengan salah seorang istri ayahnya (Kej. 35:22), ia kehilangan kedudukannya sebagai kepala suku (Kej. 49:4). Ketika Israel diperintah raja-raja, putra sulung raja diharapkan menggantikan raja setelah raja meninggal (2 Taw. 21:3; Mzm. 89:28).

Namun, ada kalanya konsep kesulungan diabaikan dan putra sulung dilangkahi atau ditolak. Contoh paling terkenal tentang hal ini adalah pilihan TUHAN atas Daud, putra bungsu Isai, menjadi raja Israel (1 Sam. 16:1-13).

Allah memperlakukan umat Israel secara keseluruhan sebagai putra sulung. Dalam Alkitab Allah menghendaki hubungan istimewa ini dengan mereka. Allah memberi mereka perhatian khusus (Kel. 4:22-23). Di kemudian hari, Nabi Yeremia menggambarkan betapa Allah bersuka cita atas kembalinya Israel anak durhaka, sehingga hubungan dekat itu dipulihkan (Yer. 31:8-9).



*Sumber: Alkitab Edisi Studi