KEHIDUPAN ANAK-ANAK DI ZAMAN ALKITAB

KEHIDUPAN ANAK-ANAK DI ZAMAN ALKITAB

Fakta

 

KEHIDUPAN ANAK-ANAK DI ZAMAN ALKITAB

 

Yesus mengasihi anak-anak, dan Ia senang berada bersama dengan anak-anak dan tidak pernah menolak mereka. Yesus menegaskan kepada para murid-Nya agar mereka bisa belajar dari anak-anak (Mat. 19:13-15; 21:14-16; Mrk. 9:14-27). Seorang anak umumnya diberikan nama pada saat ia lahir (Kej. 25:24-26), walau terkadang ada juga yang baru diberikan nama pada saat ia disunat. Nama memiliki arti besar bagi orang Yahudi, mengungkapkan keyakinan maupun harapan, atau keadaan di saat anak tersebut lahir. Seorang anak laki-laki memiliki peranan penting karena mereka akan melanjutkan nama keluarga dan memimpin keluarga. Sedemikian pentingnya sehingga jika seorang pria yang sudah menikah lalu meninggal tanpa memiliki anak laki-laki, maka saudara laki-laki dari pria yang meninggal tersebut harus menikahi istri dari pria yang telah meninggal tersebut agar memiliki keturunan anak laki-laki (Ul. 25:5-10).

 

Anak laki-laki Yahudi disunat ketika berumur delapan hari (Im. 12:3). Bagi orang Yahudi, sunat adalah tanda bahwa anak itu menjadi milik umat perjanjian Allah, keyakinan yang mengacu kembali ke Abraham (Kej. 17:9-14).

 

Kelahiran seorang anak mengakibatkan ibunya menjadi “najis” secara ritual, sehingga menjadi hambatan untuk menyembah Allah. Oleh sebab itu, setelah empat puluh hari untuk anak laki-laki atau delapan puluh hari untuk anak perempuan, seorang ibu harus mempersembahkan seekor merpati dan domba atau dua ekor burung tekukur jika dia tidak mampu agar dia dapat kembali tahir (Im. 12:1-8).

 

Pada masa kecilnya, anak-anak diasuh oleh ibunya, tetapi setelah besar anak laki-laki akan dilibatkan dalam pekerjaan ayahnya, sehingga pada umumnya para ayahlah yang menentukan pendidikan putranya dan para ibu yang mendidik putrinya. Sehingga dengan hal tersebut penghormatan anak-anak kepada ibu sama seperti penghormatan kepada ayah (Kel. 20:12).

 

*Albert, dari berbagai sumber