Kepahlawanan Masa Kini: Kesediaan Memberi Diri!

Kepahlawanan Masa Kini: Kesediaan Memberi Diri!

 

Pada 10 November 1945 terjadi sebuah peristiwa besar di Surabaya yang berisikan perlawanan rakyat terhadap tentara Inggris. Semua berawal dari perlawanan-perlawanan rakyat Surabaya terhadap pihak Inggris hingga Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh pada 30 Oktober 1945. Kematian pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur itu pun membuat pihak Inggris marah kepada Indonesia sehingga Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Brigjen Mallaby, memberikan ultimatum kepada Indonesia pada 10 November 1945. Rupanya ultimatum tersebut tidak dihiraukan rakyat Surabaya, bahkan mereka semakin meluapkan semangat perlawanan yang membuat peperangan berlangsung sekitar tiga minggu. Pertempuran itu diperkirakan mengakibatkan 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, 150.000 orang terpaksa keluar dari kota Surabaya dan 1.600 tentara Inggris tewas, hilang serta luka-luka.

Sejak munculnya Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, tanggal 10 November pun selalu diperingati sebagai hari Pahlawan untuk mengenang jasa dan tragedi 10 November 1945. Namun, sesungguhnya peringatan 10 November tidak berhenti pada sekadar mengenang melainkan juga membangun serta menanamkan semangat kepahlawanan kepada generasi terkini rakyat Indonesia. Kaum muda diharapkan terus mengingat sejarah, peristiwa, semangat dan nilai yang muncul dalam gerak perjuangan menuju kemerdekaan. Itu sebabnya, Kementrian Sosial Republik Indonesia menetapkan tema ‘Pahlawanku, Inspirasiku’ untuk peringatan Hari Pahlawan tahun 2021 dengan maksud mengenang dan menghormati jasa serta perjuangan pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan. Semua itu perlu diimplementasikan bagi rakyat Indonesia yang hidup di masa sekarang dalam bentuk perjuangan melawan berbagai masalah dan tantangan bagi negara-bangsa Indonesia.

Sahabat Alkitab, Kekristenan sebagai bagian dari negara-bangsa Indonesia pun perlu terus berkontribusi terhadap keutuhan dan kekuatan Indonesia. Seperti maksud dan tujuan peringatan Hari Pahlawan tahun 2021 oleh Kemensos RI, umat Kristen pun diajak untuk menghadirkan semangat dan nilai luhur kepahlawanan dalam keberlangsungan hidup negara-bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, setiap umat Kristen-Indonesia perlu menyadari bahwa keberadaannya di negara ini merupakan bagian yang terintegrasi dengan bagian lain dalam ‘tubuh Indonesia’. Peringatan Hari Pahlawan di Indonesia bukan dimaksudkan agar setiap orang berusaha tampil sok kuat atau sok hebat di hadapan yang lain, melainkan bagaimana seluruh masyarakat bersedia menghadirkan semangat perjuangan dan memberikan ‘buah’ yang dapat dinikmati bersama.

Di dalam Perjanjian Baru terdapat sebuah tulisan yang dapat menjadi bahan refleksi bagi umat Kristen untuk memperingati Hari Pahlawan. Rasul Paulus melalui Roma 15:1-2 menuliskan, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.” Di dalam kalimat tersebut Paulus memberikan pengajaran tentang menjaga keutuhan hidup berjemaat dengan relasi yang intim dalam kesediaan untuk memberi diri bagi orang lain. Nampaknya, Paulus sudah menyadari bahwa kehidupan jemaat yang sehat dimulai dengan relasi dan kesediaan dari setiap anggota untuk saling menopang. Bahkan, secara spesifik ia menganjurkan agar setiap orang bersedia untuk menghadirkan’kesenangan’ bagi sesamanya.

Sahabat Alkitab, kata ‘kesenangan’ dalam teks Yunani ditulis dengan ἀρεσκέτω, aresketō yang memiliki arti ‘memuaskan’, ‘menyenangkan dengan kesediaan untuk memberikan layanan bagi orang lain’. Kata tersebut menjadi penting untuk kita maknai agar terhindar dari kesalahpahaman dalam membaca tulisan ini. Paulus memang mengawali perikop dengan memberikan klasifikasi ‘orang yang kuat’ dan ‘orang yang lemah’. Apabila kita membandingkan dengan Rm. 14:15, maka cukup dapat diyakini bahwa klasifikasi tersebut merujuk dalam hal keimanan tiap anggota jemaat, “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia.” Artinya, di tengah dinamika kondisi masing-masing anggota jemaat, mereka perlu saling memberi diri demi membangun kehidupan jemaat yang kuat dan terintegrasi. Semuanya perlu dilakukan, bukan hanya demi kepentingan mereka sebagai sebuah jemaat, melainkan juga sebagai rupa ikatan kasih Kristus.

Tulisan dan pengajaran Paulus tentang kesediaan memberi diri dalam surat Roma menjadi nilai teologis yang juga perlu kita gumuli dan bangun di tengah peringatan Hari Pahlawan saat ini. Sikap memberi diri demi saling memperkuat pihak lain menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan bagi Indonesia yang sedang menghadapi berbagai tantangan dan masalah, entah dalam lingkup politik, perekonomian, keamanan, ketahanan sosial dan kesehatan. Secara khusus, setiap umat Kristen-Indonesia pun perlu mengimani bahwa dirinya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memenuhi hal tersebut.

Kepahlawanan pada masa sekarang, tidak lagi terbatas pada kesediaan untuk mati demi membela negara melalui peperangan. Tanpa mengurangi sikap hormat dan ungkapan terimakasih bagi setiap petugas keamanan sipil dan negara Indonesia yang harus bertaruh nyawa bahkan telah gugur dalam tugas, kepahlawanan juga dapat diejawantahkan oleh setiap rakyat Indonesia. Berdasarkan pemaknaan terhadap Roma 15:1-2 dan peringatan Hari Pahlawan, salah satu hal konkret yang dapat bahkan dibutuhkan dalam menjalani hidup sebagai sebuah negara-bangsa saat ini adalah kesediaan memberi diri. Kesediaan memberi ini pun dapat menjelma melalui sikap-sikap nyata yang merespons permasalahan-permasalahan yang muncul di Indonesia.

Sahabat Alkitab, sebuah komunitas yang sehat muncul dari daya tahan setiap anggota yang setara, bukan ketimpangan antara anggota yang kuat dan lemah. Oleh sebab itu, sikap memberi diri menjadi penting untuk dilakukan. Melalui kesediaan memberi diri berarti kita memperhatikan kebutuhan orang lain dan senang hati berjerih-lelah demi menghasilkan buah bagi ketahanan hidup bersama. Inilah tugas dan tanggung jawab kepahlawanan yang perlu kita wujudkan melalui peran masing-masing sebagai masyarakat Indonesia. Selain itu, melalui sikap memberi diri bagi berarti kita juga mengakui bahwa setiap orang hidup dalam kebutuhan akan kehadiran orang lain. Artinya, pada satu situasi-kondisi kita dapat hadir menjadi pihak yang memberi diri bagi orang lain dan pada situasi-kondisi lain kita juga dapat menjadi pihak yang menerima kehadiran diri dari mereka.

Selamat Hari Pahlawan!