Membuka Jendela Dunia

Membuka Jendela Dunia

“… haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya…” Ulangan 17:19)

“Buku adalah jendela dunia”, kalimat itu dulu sering kita dengar untuk memotivasi kita agar suka membaca. Sekarang mungkin sudah bergeser dan berubah sebab saat ini jendela dunia bukan hanya buku tetapi begitu banyak media yang dihubungkan oleh jaringan internet seperti Word Wide Web dan media-media sosial. Dari situ kita dapat mengakses dan membaca jutaan informasi yang tersedia di seluruh dunia. Namun, ada satu yang tidak berubah yaitu bahwa membaca adalah kunci untuk membuka berbagai jendela dunia itu.

Memiliki media dan banyak informasi menjadi tidak berguna jika kita tidak bisa membaca. Inilah permasalahannya, belum semua orang dapat atau mampu membaca atau yang kita sebut sebagai buta aksara. Penyebabnya ada banyak, seperti keterbatasan ekonomi sehingga tidak dapat mengakses pendidikan, jarak tempat tinggal dan akses pendidikan yang jauh atau mungkin sama sekali tidak ada, kalau pun ada mungkin tidak memiliki kualitas yang memadai baik dari segi jumlah dan kualitas guru serta sarana pendidikan itu sendiri. Hambatan budaya, pola pikir, dan pengaruh lingkungan juga turut mengambil bagian dalam permasalahan ini. Pada beberapa daerah, orang tua lebih menginginkan anaknya membantu bekerja di kebun atau ladang daripada bersekolah. Demikianlah potret yang terjadi pada beberapa daerah di Parigi Moutong – Palu dan Boven Digoel – Papua tempat di mana LAI melaksanakan program pemberantasan buta huruf yang bernama Pembaca Baru Alkitab (PBA). 

Data Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa tahun 2018 angka buta aksara di Indonesia berada pada 4,34% usia 15+ tahun, 0.86% pada usia 15-44 tahun, dan 10.60% pada usia 45+ tahun. (sumber: https://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1056). Jika dibandingkan dengan data pada tahun-tahun sebelumnya terlihat bahwa telah terjadi penurunan angka buta aksara setiap tahunnya karena itu upaya untuk memberi keberaksaraan kepada umat Tuhan terus dilakukan oleh LAI. Program PBA yang dijalankan tidak hanya bertujuan agar umat Tuhan yang ada di wilayah sulit dijangkau dapat membaca dan menulis yang kemudian dapat berimplikasi pada perubahan pola pikir, bertambahnya pengetahuan, serta meningkatkan taraf hidup mereka, melainkan juga mereka dapat mengenal, bertemu, dan berinteraksi dengan Allah melalui Alkitab yang dipakai sebagai media belajar serta mengalami pembaharuan hidup secara menyeluruh di dalam Kristus.

Akhirnya bukan hanya jendela dunia yang dapat mereka buka dan melihat betapa luas dan indahnya dunia di sekitar mereka, namun mereka juga dapat memandang ke atas yaitu kepada Allah Sang Pengcipta dunia.

Selamat Memperingati Hari Aksara Internasional

Salam Alkitab Untk Semua

“… haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya…” Ulangan 17:19)

“Buku adalah jendela dunia”, kalimat itu dulu sering kita dengar untuk memotivasi kita agar suka membaca. Sekarang mungkin sudah bergeser dan berubah sebab saat ini jendela dunia bukan hanya buku tetapi begitu banyak media yang dihubungkan oleh jaringan internet seperti Word Wide Web dan media-media sosial. Dari situ kita dapat mengakses dan membaca jutaan informasi yang tersedia di seluruh dunia. Namun, ada satu yang tidak berubah yaitu bahwa membaca adalah kunci untuk membuka berbagai jendela dunia itu.

Memiliki media dan banyak informasi menjadi tidak berguna jika kita tidak bisa membaca. Inilah permasalahannya, belum semua orang dapat atau mampu membaca atau yang kita sebut sebagai buta aksara. Penyebabnya ada banyak, seperti keterbatasan ekonomi sehingga tidak dapat mengakses pendidikan, jarak tempat tinggal dan akses pendidikan yang jauh atau mungkin sama sekali tidak ada, kalau pun ada mungkin tidak memiliki kualitas yang memadai baik dari segi jumlah dan kualitas guru serta sarana pendidikan itu sendiri. Hambatan budaya, pola pikir, dan pengaruh lingkungan juga turut mengambil bagian dalam permasalahan ini. Pada beberapa daerah, orang tua lebih menginginkan anaknya membantu bekerja di kebun atau ladang daripada bersekolah. Demikianlah potret yang terjadi pada beberapa daerah di Parigi Moutong – Palu dan Boven Digoel – Papua tempat di mana LAI melaksanakan program pemberantasan buta huruf yang bernama Pembaca Baru Alkitab (PBA). 

Data Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa tahun 2018 angka buta aksara di Indonesia berada pada 4,34% usia 15+ tahun, 0.86% pada usia 15-44 tahun, dan 10.60% pada usia 45+ tahun. (sumber: https://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1056). Jika dibandingkan dengan data pada tahun-tahun sebelumnya terlihat bahwa telah terjadi penurunan angka buta aksara setiap tahunnya karena itu upaya untuk memberi keberaksaraan kepada umat Tuhan terus dilakukan oleh LAI. Program PBA yang dijalankan tidak hanya bertujuan agar umat Tuhan yang ada di wilayah sulit dijangkau dapat membaca dan menulis yang kemudian dapat berimplikasi pada perubahan pola pikir, bertambahnya pengetahuan, serta meningkatkan taraf hidup mereka, melainkan juga mereka dapat mengenal, bertemu, dan berinteraksi dengan Allah melalui Alkitab yang dipakai sebagai media belajar serta mengalami pembaharuan hidup secara menyeluruh di dalam Kristus.

Akhirnya bukan hanya jendela dunia yang dapat mereka buka dan melihat betapa luas dan indahnya dunia di sekitar mereka, namun mereka juga dapat memandang ke atas yaitu kepada Allah Sang Pengcipta dunia.

Selamat Memperingati Hari Aksara Internasional

Salam Alkitab Untk Semua