MERDEKA ITU, BERANI BERPIKIR SENDIRI!

MERDEKA ITU, BERANI BERPIKIR SENDIRI!

Immanuel Kant dalam bukunya yang berjudul Sapere Aude! Beranilah berpikir sendiri! Itulah semboyan dari Pencerahan.” (Kant, 1784). Dengan kata lain, orang yang mendapat pencerahan itu adalah orang yang memiliki keberanian untuk berpikir sendiri. Dia tidak tunduk pada pengarahan orang lain secara buta. Dia tidak mengikuti saja tradisi, tanpa tanya. 

Berbeda dengan Eropa, dimana segala bentuk perubahan dan perkembangan melalui proses yang panjang. Tradisi dipertanyakan ulang. Agama disingkirkan dari politik ruang publik, dan masuk ke ranah pribadi. Masyarakat dan pemerintah tidak mencampuri urusan rumah tangga warganya. Sekali lagi ini tentu sebuah proses yang panjang. Namun, semua ini sungguh mengubah wajah peradaban Eropa pada saat itu. Ini bukan hanya ciri dari Pencerahan, tetapi juga ciri dari kedewasaan.

Keadaan sebaliknya terjadi di Indonesia. Keberanian berpikir sendiri dianggap musuh dari tradisi. Orang-orang yang melakukannya pun dikucilkan. Ketidakdewasaan justru dianggap hal yang baik. Kebiasaan untuk mempertanyakan segala sesuatu menjadi tabu. Masyarakat dipaksa menerima apapun produk hukum dan tradisi kelompok masyarakat tertentu tanpa berani mempertanyakannya, apalgi jika dikemas dalam balutan norma-norma agama. Orang mengikuti tradisi, kerap kali bukan karena kekaguman, melainkan karena ketakutan akan dikucilkan. Kepatuhan buta dan hafalan mutlak menjadi hal yang wajib dilakukan, tanpa tanya. Nalar kritis dan pencarian lebih dalam pun menjadi amat tumpul. Bukankah pengetahuan akan kebenaran merupakan ciri dari kemerdekaan? Firman Tuhan pun mengatakannya,  ”kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31)

Kini, kedewasaan kita sebagai sebuah bangsa dipertanyakan kembali. Jika kedewasaan lahir dari penderahan, maka penderahan lahir dari pikiran orang-orang yang sudah merdeka. Merdeka cara berpikirnya. Merdeka berpikir, berpikir sendiri! Pikiran adalah sesuatu yang harus digunakan secara mandiri, sekaligus untuk dilampaui. Jika kita sebagai masyarakat Indonesia ingin disebut sebagai masyarakat yang dewasa dan merdeka, mustinya kitapun berani berpikir kritis, tidak patuh buta dan tidak menghafal apapun tanpa mempertanyakannya. Beranilah berpikir sendiri karena itulah arti kemerdekaan.
(SY)