MINGGU PALMA: Lihatlah, Rajamu Yang Lemah Lembut Telah Datang!

MINGGU PALMA: Lihatlah, Rajamu Yang Lemah Lembut Telah Datang!

Lukas 19:28-40, TB

Bagi setiap anda yang gemar menonton film kolosal atau bernuansa perang pada masa-masa lampau pasti cukup akrab dengan kehadiran kuda sebagai kendaraan perang. Bahkan, kuda bukan hanya dijadikan sebagai kendaraan perang melainkan juga sebagai simbol kekuassaan, kekuatan dan otoritas dari si pengendara. Hampir dapat dipastikan atau paling tidak, sangat kecil kemungkinan, muncul pemimpin-pemimpin militer pada masa itu yang tidak mengendarai kuda. Dengan kata lain, pada saat seorang pemimpin mengendarai hewan selain kuda cenderung dianggap sebagai hal yang tidak lumrah. Hal ini juga menjadi bagian dari kultur pemerintahan Romawi. Di dalam kebudayaan Romawi, kuda menjadi simbol kekuatan dan kekayaan si pemilik atau si penunggang. Itulah sebabnya, tindakan Yesus dalam perikop ini menjadi sesuatu yang unik.

Pada saat Yesus memasuki kota Yerusalem Ia lebih memilih mengendarai seekor keledai, hewan yang biasanya digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana. Keledai adalah hewan yang biasa digunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan pekerjaan harian maupun sebagai alat transportasi. Namun, keledai bukan sebuah hewan yang umum untuk menggambarkan sebuah kekuatan dan otoritas pemimpin. Inilah letak pemaknaan yang jauh berbeda, antara sosok Yesus dengan para pemimpin militer maupun politis. Yesus tidak ingin menghadirkan diri-Nya ke publik dengan citra yang serupa dengan para pemimpin militer dan politik. Mereka memimpin dengan nuansa kekerasan dan cenderung menghadirkan sosok yang garang serta jauh dari rakyat. Sedangkan Yesus justru memberikan sebuah kehadiran yang mendatangkan damai dalam keintiman relasi dengan orang-orang yang menyambut-Nya. Ini jugalah simbol dari kehadiran-Nya yang menjadi bagian pemenuhan dari nubuatan mesianik.

Yesus memang tidak hadir dalam nuansa yang kuat dengan mengendarai seekor kuda. Namun, hal itu tidak merendahkan otoritas maupun pengakuan yang diberikan oleh orang-orang yang mengiring dan menyambut kedatangan-Nya. Bahkan, kita melihat inisiatif orang-orang untuk memberikan jalan ‘yang baik’ sebagai jalur masuknya Yesus ke Yerusalem. Mereka mengalasi jalanan dengan pakaian-pakaian sembari mengelu-elukan kedatangan-Nya dengan gembira. Selain karena berbagai pengajaran dan pekerjaan mujizat yang Yesus lakukan, cukup diyakini bahwa orang-orang yang menyambut kedatangan Yesus juga memiliki keakraban dengan nubuatan mesianik mengenai hadirnya Juruselamat. Terdapat sebuah teks nubuatan mesianik yang menggambarkan peristiwa ini, tepatnya pada Zakharia 9:9, “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-soraklah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.”

Di minggu ini kita merayakan peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem. Ia tidak menghadirkan Diri-Nya sebagai pemimpin yang jauh, terkesan otoriter dan kasar. Ia justru menghadirkan Diri-Nya dalam kesederhanaan untuk merangkul setiap pribadi yang terluka. Ia datang dalam kelemah-lembutan untuk memberikan kenyamanan bagi setiap mereka yang tersisih dari masyarakat. Kehadiran-Nya merupakan inisiatif kasih TUHAN yang membawa keselamatan. Setiap orang di Yerusalem pada saat itu menyambut Yesus dengan sorak-sorai dan beragam tindakan simbolis untuk meluapkan sukacita mereka. Meski tanpa mereka ketahui, bahwa beberapa hari berikutnya Yesus yang disembah itu akan mengalami penyesahan dan kematian demi membawa keselamatan kekal.

Sahabat Alkitab, marilah ktia memaknai hari ini dengan pembentukan sikap hati yang menyambut Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Kita memang tidak perlu mengalaskan jalanan dengan pakaian yang ada pada tubuh kita. Namun, lebih dari itu kita perlu memberikan hati yang tulus sebagai jalan bagi hadirnya Yesus Kristus, Sang Damai yang membawa selamat. Lihatlah, Yesus Kristus, Sang Raja yang lemah lembut itu datang. Sambutlah dan terimalah inisiatif kasih-Nya dalam tingkah-laku hidup yang searah dengan perjalanan-Nya mencapai keselamatan.