SOLIDARITAS AROMA DEBU SEMERU

SOLIDARITAS AROMA DEBU SEMERU

 

Hari itu genap sepekan paska erupsi Gunung Semeru, 11 Desember 2021. Suasana sore  mulai remang. Wajah perkasa Semeru yang kemarin masih memuntahkan dahaknya mulai samar-samar memamerkan ceruk-ceruk punggungnya. Sementara itu, Posko Tanggul Bencana Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang bertempat di GKJW Jemaat Pronojiwo (ada 2 Posko GKJW, yang ini adalah posko sebelah barat jembatan Gladak Perak yang putus) masih kedatangan tamu-tamu luar kota yang membawa bantuan untuk para pengungsi. Beberapa relawan laki-laki sibuk menurunkan bantuan dari dalam mobil, dan membawanya sementara di bawah terop/tenda untuk didata. Di bagian dapur masih terlihat kecekatan ibu-ibu mempersiapkan beberapa nasi bungkus tambahan. Mereka masih siaga, meski yang sedang mereka persiapkan itu melebihi target. Begitulah, selalu berubah setiap hari, jumlah nasi bungkus yang dibuat untuk relawan maupun pengungsi. 

Petang itu, disela-sela kesibukan Posko menerima bantuan, ada sebuah minibus ber-plat merah memasuki pelataran posko. Turun dari sana seorang laki-laki memakai sarung, memberikan salam,

“Selamat sore, Pak.” 

“Iya, selamat sore Pak.” Seorang relawan Posko menyambutnya  dengan senyum, melanjutkan dengan sebuah pertanyaan,

“Ada yang bisa kami bantu, Pak?

“Bisakah kami mendapatkan satu matras untuk relawan yang berada di Posko? (menyebutkan sebuah posko yang tempatnya tidak seberapa jauh dari Posko TB GKJW).

“Sebentar Pak, saya sampaikan ke koordinator posko ya.”

Kemudian nampak sang relawan bercakap-cakap dengan Pdt. Yuli Ernawati, S.Si. sebagai pendeta jemaat GKJW Jemaat Pronojiwo. Samar-samar terdengar jawaban beliau. Meski nampak lelah, namun masih terdengar jelas semangatnya untuk mengkoordinir posko.

“Mengapa hanya satu matras, kita kasih saja lebih dari satu jika memang membutuhkannya.” Jelas, tegas, serta penuh pengertian. 

Mobil berplat merah itupun mengangkut dua matras dan meninggalkan Posko TB GKJW.

Inilah salah satu pembuktian,  bahwa solidaritas itu masih kentara jelas di atas bumi yang sedang prihatin karena pandemi Virus Corona 19. Nyatanya debu vulkanik Semeru yang membawa penderitaan bagi kurang lebih 9000 pengungsi juga mempertajam rasa kesetiakawanan itu. Bantuan terus mengalir dalam bentuk barang, dana, maupun layanan pendampingan. Para relawan terus bergantian bekerja pagi, siang dan malam. Solidaritas ini tentang hubungan manusia yang didasari oleh sebuah tanggung jawab: menyatukan sekelompok orang dari berbagai latar belakang sebagai kelompok yang sama-sama bertanggung jawab atas sebuah hutang. Ya, hutang untuk mewujudkan kesejahteraan  bagi yang terdampak erupsi Semeru.  

Dalam perspektif iman Kristen solidaritas berakar pada keteladanan Yesus sendiri serta perintah-Nya agar kita mengasihi sesama bahkan musuh sekalipun ((Matius 5:44); mengasihi melebihi sekat-sekat dalam kehidupan; serta berbelarasa melampaui keterbatasan sesama. Keteladanan Kristus melalui kematian-Nya di kayu salib menjadi akar paling kuat dalam sikap solider yang tanpa syarat. Solidaritas-Nya kepada dunia tidak lagi memandang keterbatasan manusia, karena Ia telah ber-visi sejak awal untuk mensejahterakan manusia. Cinta kasih-Nya memperbesar sisi positif daripada cacat manusia. Cinta kasih-Nya berfokus pada kebaikan hidup manusia. 

Kristus berbeda dengan manusia pada umumnya. Bukankah manusia acapkali mengekspresikan kasih dengan bersyarat? Tidak boleh ada kecurangan, tidak boleh semangat kendor, tidak boleh ada penyelewengan, dan sebagainya. Lihatlah! Bisa saja rasa lelah dan ngantuk menyelinap masuk tanpa diundang. Ada kalanya hadir juga perasaan curiga dan ketidakpercayaan, sebab solidaritas ini memang bisa disalahgunakan. Melimpahnya bantuan yang datang menjadi godaan bagi orang-orang tertentu untuk menikmatinya, walau sebenarnya mereka bukan korban yang menderita. Pun kejengkelan sempat mampir dalam benak masyarakat, mestinya korban tidak sebanyak itu jika mereka tidak mengabaikan peringatan dari PVMBG. 

Tetapi rasa sepenanggungan untuk mewujudkan perbaikan hidup itu jauh melebihi semuanya. Kesetiakawanan di antara debu vulkanik Semeru kali ini mampu melewati keterbatasan manusia. Bersyukur, bahwa debu vulkanik Semeru kali ini membawa para sukarelawan menuju pada solidaritas yang sesungguhnya, solidaritas yang membawa pertumbuhan. Bravo, untuk Lembaga Alkitab Indonesia yang turut mengusung solidaritas!

 

Lereng Semeru, 14 Desember 2021

Pdt. Eko Susilowati (GKJW Jemaat Ampelgading - Majelis Daerah Malang IV)