Suatu Refleksi Damai dalam Masa Adven

Suatu Refleksi Damai dalam Masa Adven

Pada Jumat, 15 Desember 2023, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menggelar acara Natal yang dilakukan secara hybrid danberlangsung di Gedung Pusat Alkitab dan Percetakan LAI Nanggewer. Acara ini dihadiri oleh karyawan LAI dan mitra-mitra LAI yang setia melayani bersama. Secaraa langsung maupun melalui Zoom Meeting diadakan pada minggu advent kedua menurut kalender Gereja, yang menandai masa persiapan menjelang Natal.

Masa Adven, yang berlangsung selama empat pekan, menjadi landasan spiritual acara ini. Penyalaan lilin-lilin setiap minggu di bulan Desember memberikan simbol pengharapan, damai, sukacita, dan kasih. Lilin-lilin tersebut menyala sebagai tanda penantian akan kedatangan Kristus.

Pelayanan Firman Natal ini diberikan oleh Pdt. Dr. Henriette Tabitha Hutabarat-Lebang, yang mengambil Firman Tuhan dari Injil Lukas 2:8-14. Dalam khotbahnya, Pdt. Henriette menekankan makna damai dalam konteks penyampaian salam Syalom. Beliau menantang para hadirin untuk merenungkan apakah damai yang diucapkan sehari-hari juga tercermin dalam hati mereka.

Pdt. Henriette membahas dampak kata "Syalom" di Palestina, di mana seringkali diucapkan sebelum serangan terjadi. Pertanyaan mendasar diajukan, apakah damai yang seperti itu yang dikehendaki Allah? Acara Natal ini menjadi ajang refleksi bersama untuk melihat apakah damai benar-benar hadir di hati para anggota Lembaga Kristen ini.

Dalam kaitannya dengan pelayanan di LAI, Pdt. Henriette mendorong para hadirin untuk menilai apakah hati mereka dalam keadaan damai atau justru terbebani oleh galau. Beliau menyoroti pentingnya menyadari bahwa setiap karyawan LAI dipakai oleh Tuhan dengan maksud yang baik, bukan hanya sebagai tempat pekerjaan, tetapi sebagai alat untuk membawa tanda-tanda kerajaan Allah ke dalam dunia.

Acara Natal ini menjadi momen yang mendalam dan bermakna bagi seluruh peserta, baik yang hadir langsung maupun melalui Zoom Meeting. Semangat damai dalam persiapan Natal terasa kuat, mengingatkan kita akan arti sejati dari Syalom, yang seharusnya hadir tidak hanya di bibir, tetapi juga dalam hati dan tindakan kita sehari-hari.