-->

Jumat Agung 2024


Jumat Agung
29 Maret 2024

Kematian Kristus Telah Membarui

Ibrani 10:16-25

Renungan

Seberapa sering anda pergi ke gereja untuk beribadah minggu? Seberapa sering anda berdoa dalam satu hari? Seberapa sering anda membaca Alkitab dalam seminggu? Ketiga pertanyaan ini mungkin cenderung mudah untuk dijawab, mengingat pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya berkutat pada persoalan angka. Namun, kondisinya dapat berupa jika pada kita ditanyakan, “Seberapa dalam anda memaknai setiap ibadah anda jalani? Seberapa jauh anda memaknai setiap doa yang anda haturkan kepada Tuhan? Sejauh mana teks firman Tuhan yang anda baca meresap ke dalam hati dan pikiran anda?” Pertanyaan-pertanyaan ini pun memberikan tantangan yang semakin menuntut kita untuk sungguh-sungguh menyadari bahwa persoalan beriman tidaklah berkutat pada angka dan kebiasaan, melainkan pada keterikatan hati dan pikiran kepada Tuhan melalui setiap rutinitas yang kita lakukan.

Teks Ibrani yang kita baca pada hari ini pun menjadi landasan permenungan iman bagi kita di hari Jumat Agung, suatu hari dalam tradisi iman Kristen yang menjadi momen peringatan bagi para pengikut Kristus mengenai karya kasih yang agung dari Sang Juruselamat. Kita disapa dengan pengajaran firman Tuhan yang tidak hanya mengingatkan kita mengenai kematian Kristus di kayu salib, melainkan juga mengundang kita untuk merespons karya kasih tersebut dengan komitmen iman yang utuh.

Secara khusus, penulis surat Ibrani menggunakan seruan kenabian dari Yeremia mengenai kritikan sekaligus rancangan Tuhan untuk membangun ulang relasi dengan umat-Nya berlandaskan perjanjian yang teguh, yang meresap dan terukir bukan lagi pada loh batu melainkan pada hati setiap mereka yang bersedia menerimanya. Kesempatan berelasi yang kembali Tuhan berikan itu pun tidak sepatutnya dijalani dalam formalitas belaka, seperti yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan orang Israel yang justru telah menggiring mereka semakin jauh hidup dalam keberdosaan. Segala ritus yang mereka jalankan dan segala hukum Tuhan yang mereka jaga justru gagal mereka pahami, maknai dan relasi dalam relasi hidup keseharian mereka. Alhasil, tidak terjadi kesehatian dengan Tuhan di dalam hidup setiap umat-Nya. Melalui suara kenabian Yeremia itulah si penulis surat Ibrani memberikan pengajaran iman yang mengarahkan setiap umat untuk semakin fokus dalam memaknai karya kasih yang totalitas dalam pengorbanan Kristus.

Sahabat Alkitab, kematian Yesus Kristus di kayu salib merupakan bentuk pengampunan, keselamatan dan hidup baru di dalam Sang Juruselamat. Kematian Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk melangkah dalam pembaruan iman, tidak secara formalitas maupun rutinitas minim makna, melainkan secara totalitas yang merasuk ke dalam pikiran, hati dan hidup keseharian. Setiap umat Tuhan yang memaknai kematian Kristus secara sungguh-sungguh juga akan menghasilkan perubahan hidup yang tidak hanya berdampak bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi pihak lain dengan penuh kasih. Perbuatan baik, perhatian, dan dorongan kasih yang kita bagikan kepada sesama bukan hanya wujud etis hidup bersosial melainkan juga wujud iman yang berhasil memaknai kematian Kristus serta diperbarui oleh-Nya.