-->

Minggu Prapaskah 4 2024


Minggu Prapaskah 4
10 Maret 2024

Pertobatan Adalah Momen Berharga

Bilangan 21:4-9

Renungan

Banyak orang Kristen yang sangat akrab dengan kalimat dalam Yohanes 3:16 yakni ketika Yesus berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah megnaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Namun, beda halnya dengan dua ayat sebelumnya yang juga cukup menimbulkan kontroversi. Pada ayat 14-15 Yesus membandingkan Diri-Nya dengan ular yang dibuat Musa di padang gurun seperti yang tertera pada bacaan firman Tuhan hari ini. Lantas, apa maksudnya dari perkataan Yesus tersebut? Dan, mengapa narasi mengenai ular tembaga dalam kisah perjalanan bangsa Israel menjadi penting untuk dimaknai pada hari Minggu Prapaskah keempat ini?

Kita perlu memahami bahwa citra ular di dalam Alkitab maraknya dipahami oleh banyak orang sebagai simbol dari kuasa jahat seperti yang muncul dalam kisah penciptaan. Padahal, bangsa Israel yang juga menjadi bagian dari kebudayaan Semitik, memiliki pandangan mengenai ular yang juga dipahami sebagai simbol dari kesuburan, hidup, dan transformasi. Bahkan, bangsa Mesir pun memandang ular sebagai simbol dari perlindungan. Itulah mengapa kisah pada saat pertarungan antara ular milik Firaun dan ular milik Musa menjadi penegasan mengenai otoritas Tuhan sebagai pelindung mutlak dan pelindung yang sejati.

Selain dari latar belakang pandangan kultur mengenai ular yang sudah dijelaskan tadi, keberadaan ular tembaga pada Bilangan 21 juga memiliki nilai teologis yang sangat melekat pada kehidupan bangsa Israel kuno yang juga diwarisi oleh Yesus Kristus. Ular tembaga itu menjadi simbol atas kuasa dan perlindungan Tuhan, sekaligus menjadi cermin bagi orang Israel yang telah berdosa kepada Tuhan. Pada saat mereka menengok kepada ular tersebut, hal ini bukanlah dimaksudkan mereka menyembah atau memohonkan keselamatan darinya melainkan menjadi momen evaluasi iman yang menyingkapkan segala keberdosaan mereka di hadapan Tuhan. Namun, perkataan Yesus pada Yohanes 3:14 dan 15 tidaklah menjadikan Yesus sekadar sebagai simbol, melainkan Ia adalah keselamatan itu sendiri. Perkataan itu sekaligus menjadi nubuatan-Nya mengenai momen penyaliban-Nya untuk menyelamatkan manusia keluar dari jerat dosa. Artinya, setiap orang yang memandang kepada Sang Anak Manusia yang digantung itu pun merupakan seruan pertobatan yang disertai dengan kesediaan diri untuk menyingkapkan dan melepaskan diri dari segala keberdosaan.

Sahabat Alkitab, Proses memandang ular tembaga itu pun menjadi kesempatan yang Tuhan berikan agar mereka lepas dari maut yang siap menerkam mereka. Sangat besar untuk diyakini bahwa pada saat mereka memandang ular tembaga tersebut, momen itu menjadi hal yang sangat berharga untuk mereka gapai dengan mengarahkan hati kepada Tuhan dan melepaskan diri dari segala keberdosaan. Sekarang, kita pun diajak untuk sungguh-sungguh mengarahkan diri kepada Sang Anak Manusia yang tergantung demi menebus kita dari segala dosa-dosa yang telah kita perbuat. Persoalannya sekarang adalah apakah kita sudah memandang tinggi nilai dari kesempatan ini? Apakah kita sudah sungguh-sungguh bertobat? Apakah kita sudah berani untuk menghadapi godaan dosa yang berusaha menjerat kita kembali dan bersedia untuk meninggalkan segala kenikmatan yang disediakan olehnya? Ingatlah, bahwa pertobatan merupakan momen berharga yang semestinya kita jalani secara sangat personal dengan penuh keintiman dan komitmen di hadapan Tuhan.