-->

Minggu Prapaskah 6 2024


Minggu Prapaskah 6
24 Maret 2024

Ruang Hati Untuk Kristus

Filipi 2:5-11

Renungan

Apa yang akan anda lakukan ketika ada orang yang meminta bantuan kepada anda, namun hal tersebut justru akan membuat anda meninggalkan kenyamanan yang sedang anda nikmati? Mungkin saja ada yang merasa tidak masalah dengan hal tersebut, namun sangat mungkin juga ada yang merasa berat hati untuk memberikannya atau malahan lebih memilih untuk menolaknya secara langsung. Hal ini hanyalah salah satu contoh problematika yang sangat konkret dan manusiawi untuk dirasakan oleh seseorang dalam hidupnya yang berelasi. Secara khusus ketika kualitas ketulusan relasi itu sedang diuji. Pertanyaan di atas pun tidak sekadar menjadi kalimat pengandaian untuk asal diimajinasikan, melainkan sebagai sebuah ajakan perefleksian mengenai hidup yang bersedia memberikan ketulusan untuk menerima kehadiran orang lain.

Teks firman Tuhan yang menjadi bahan permenungan pada hari ini pun memberikan kita nilai pembelajaran yang sangat relevan terkait ketulusan dalam berelasi, tidak hanya antara kita dengan sesama manusia tetapi juga antara kita dengan Tuhan. Efesus 2:5-11 mengangkut sebuah konsep teologis yang begitu melekat dengan Yesus Kristus, tepatnya pada saat Ia mengambil rupa manusia ke dalam Diri-Nya sebagai bagian dari misi penyelamatan yang Ia lakukan. Kata ‘mengosongkan’ yang terdapat pada ayat 7 berasal dari kata Yunani kenoo yang merujuk pada tindakan kerelaan Kristus pada saat melakukan inkarnasi dengan meninggalkan kesetaraan Ilahi demi mengambil rupa manusia. Tindakan ini pun tidak hanya berdampak pada kualitas Yesus Kristus melainkan juga berdampak pada dunia karena melalui kenoo tersebut, Yesus Kristus telah memberikan ruang bagi dunia untuk mengalami keselamatan di dalam Diri-Nya. Di dalam perkembangannya konsep ini dikenal sebagai kenosis yang juga dapat menjadi bahan teladan hidup bagi seluruh pengikut Kristus untuk ‘mengosongkan’ diri mereka dari segala nafsu, ego, keinginan untuk memuaskan diri sendiri agar menghasilkan ruang untuk menerima kehendak Allah di dalam dirinya serta menerima kehadiran orang lain. Inilah yang kemudian akan menjadi landasan pembentukan ketulusan dalam hidup beriman yang tidak hanya sekedar konsep yang abstrak, melainkan mewujud sebagai aksi-aksi hidup keseharian yang ada dan terasa.

Sahabat Alkitab, pada Minggu Prapaskah keenam ini kita pun diajak untuk membangun ketulusan dalam hidup beriman yang perlu menjadi nyata dalam relasi antara kita dengan Tuhan dan dalam relasi antara kita dengan sesama manusia. Pertanyaan yang dilontarkan pada permulaan permenungan ini pun dapat kita lanjutkan dengan pertanyaan: apakah saya sudah mampu memberikan ruang dalam diri saya untuk menerima kehadiran orang lain? Ingatlah, pengosongan diri bukanlah sebuah konsep imajiner belaka melainkan sebuah landasan pembentukan hidup yang ideal dalam menghasilkan sikap-sikap hidup beriman yang nyata. Sama seperti Kristus yang telah menghasilkan kenoo di dalam Diri-Nya hingga kemudian menghasilkan dampak keselamatan yang sangat terasa bagi dunia, begitu pula konsep pengosongan diri dapat menjadi bahan evaluasi diri yang nyata dalam hidup kita sehari-hari. Meski demikian kita pun perlu mengakui bahwa kendala terbesar untuk mewujudkannya adalah keengganan diri sendiri dalam memberikan ruang untuk menerima keberadaan orang lain. Oleh sebab itu, ingatlah bahwa seluruh pengikut Kristus perlu ‘mengosongkan’ diri mereka dari segala nafsu, ego, maupun keinginan untuk memuaskan diri sendiri agar menghasilkan ruang untuk menerima kehendak Allah di dalam dirinya serta menerima kehadiran orang lain.