Tuhan memang marah dan merasa terhina saat umat-Nya diperlakukan tidak adil oleh sesamanya. Tanah yang dijanjikan Tuhan itu telah dirampas tak bersisa. Tentu ada kegamangan yang dirasakan umat Israel ketika mereka diperhadapkan pada kenyataan bahwa perjalanan mereka selama 40 tahun itu ternyata tak menghasilkan apa-apa. Bagaimana rasanya jika hal itu terjadi pada kita?
Namun Tuhan yang telah berjanji dan yang terus mendampingi perjalanan umat-Nya bukanlah Allah yang ingkar janji. Dia memastikan janji-Nya kepada Israel terpenuhi. Tanah yang dirampas itu akan dikembalikan kepada Israel bahkan menjadi tanah yang jauh lebih subur dan membuat umat-Nya hidup dalam kemakmuran. Mereka tidak akan mati kelaparan. Tanah milik Allah yang dijanjikan-Nya kepada umat Israel itu yang membuat Israel memiliki hasrat untuk kembali ke tanah leluhur mereka itu. Dalam perjanjian lama hal ini disebut dengan “nahalah”, yaitu tanah atau tempat yang selalu memanggil mereka untuk kembali pulang.
Pulang dengan membawa harapan adalah impian bagi semua perantau. Ketika mereka memutuskan untuk pulang, yang ada dalam benak dan pikiran adalah tanah dan rumah yang mereka rindukan. Namun harapan itu akan sirna ketika mereka mendengar bahwa tanah dan rumah mereka sudah dikuasai orang lain. Tuhan tidak menghendaki hal itu terjadi pada umat-Nya. Seperti Allah yang memastikan janji-Nya kepada umat Israel akan menjadi kenyataan, demikian juga Allah akan senantiasa memastikan janjikan kepada kita terpenuhi.
Salam Alkitab Untuk Semua.
"