Kelebihan di mata orang lain bukan berarti keuntungan yang bisa dibanggakan untuk diri sendiri, tetapi bisa saja kelebihan itu menjadi tidak ada artinya kalo orang-orang dan lingkungan sekitarnya menolaknya. Hidup menjadi tanpa arti dan merasa ingin diakui.
Zakheus adalah kepala pemungut cukai seorang yang kaya. Karena pekerjaannya Zakheus dibenci banyak orang, sebab dinilai hanya menguntungkan orang-orang Roma yang menjajah bangsa Yahudi, dianggap pengkhianat bangsa.
Tetapi Zakheus memiliki kerinduan untuk berusaha melihat siapakah Yesus? Walaupun ada halangan atau kekurangan fisiknya karena badannya pendek, iya tetap berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara. Ketika Yesus memanggil Zakheus dan akan menumpang di rumahnya, iya segera turun menerima Yesus dengan sukacita. Ketika bertemu Yesus Zakheus berubah secara tindakan dan emosionalnya untuk memberikan setengah miliknya kepada orang miskin dan jika ada yang diperas dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat.
Mugkin keadaan kita seperti Zakheus karena pekerjaan iya ditolak dianggap penghianat. Hidup menjadi tanpa arti dan merasa ingin diakui, keluarga, komunitas dan lingkungan bisa saja menilai kita salah. Tetapi jangan biarkan kekurangan pada diri kita membatasi kita untuk memperoleh berkat, anugrah dan keselamatan yang telah dijanjikan Tuhan kepada semua orang yang percaya kepadaNya. Berlarilah menjauhi kegagalan bahkan dosa yang menghimpit hidup kita dan berusaha memanjat kekurangan menjadi kelebihan kita. Belajarlah untuk mendengar apa yang di firmankan kepada kita untuk berubah.
Yesus menunjukan kasihnya dan anugrahnya bagi siapapun dan tidak pernah berubah kasih setiaNya dahulu, sekarang dan selama-lamanya.
Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.
(1 Samuel 16:7b)