Daud menaikkan doa yang bukan hanya sebuah permohonan tetapi juga kesaksian tentang kasih setia Tuhan. Kita tahu seseorang punya keberanian meminta ketika tahu bahwa ia sedang berhadapan dengan pribadi yang dapat diandalkan. Demikian pula Daud. Keberanian serupa juga pernah diperlihatkan Yakub yang tidak membiarkan Allah pergi sebelum memberkati dia (Kej. 32:27).
Doa merupakan respons kepada karunia dan kesetiaan Tuhan. Pada bagian terdahulu rencana Daud untuk mendirikan “rumah” bagi Allah terkesan seolah-olah Allah dapat dibatasi oleh ruang tertentu. Tanggapan Tuhan membalikkan peran, sehingga Allah yang mendirikan “rumah” yaitu keturunan, bagi Daud (ayat 11). Niat Daud untuk memantapkan pemerintahannya dengan melakukan suatu “jasa” bagi Allah memang bukanlah tindakan yang tepat. Meskipun demikian, melalui janji-Nya Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Allah peduli dengan orang pilihan-Nya.
Sahabat Alkitab,
Barangkali kita bertanya-tanya, tanda apakah yang bisa kita jadikan bukti kesetiaan Tuhan sejauh ini. Jika kita menempatkan diri di posisi Daud, kita harus mengakui karya Tuhan dalam hidup kita. Bukan prestasi atau kehebatan kita sendiri. Dalam doanya Daud tidak menyinggung kembali persoalan rumah bagi Allah yang ia rencanakan. Kita pun harus belajar untuk menanggalkan ambisi pribadi kita dan membiarkan Allah berkarya dan pegang kendali. Tidak berhenti di situ, hal ini berimplikasi pada cara kita memperlakukan sesama. Kita tidak berusaha menguasai atau mengendalikan orang lain dengan kuasa atau jasa kita terhadap mereka. Hanya dengan demikian kita mengumpulkan keberanian untuk menyatakan permohonan kita di hadapan-Nya.
Salam Alkitab Untuk Semua