Catatan mengenai pembangunan kemah suci telah menampilkan kerumitannya. Pada bagian ini, kita diperhadapkan mengenai gambaran luas tiap ruang kemah yang dibuat terpisah untuk kemudian digabung menjadi ruang besar. Hal ini tentu menjadi begitu efisien mengingat kemah suci adalah bangunan tempat ibadah yang dimaksudkan untuk dibongkar-pasang menyesuaikan lokasi yang dituju oleh orang Israel dalam pimpinan TUHAN. Secara umum, bangunan kemah suci dapat dianggap sebagai sebuah terobosan yang revolusioner terkait hidup peribadahan. Kemah suci menjadi tempat ibadah dengan rancang-bangun yang menampilkan aspek efisiensi sembari tetap mengutamakan kualitas efektivitas penggunaannya dalam memfasilitasi kebutuhan peribadahan umat TUHAN.
Kita sudah mengetahui dengan pasti bahwa segala panduan dasar mengenai pembuatan kemah suci diberikan oleh TUHAN melalui Musa bagi orang Israel. Artinya, sistem rancang-bangun kemah suci memang sudah dipersiapkan secara matang dan baik. Oleh sebab itu, tidak mengherankan ketika orang Israel dapat melakukan pekerjaan yang rumit dalam tata cara yang terstruktur, visioner dan revolusioner.
Berdasarkan keunikan dari catatan proses pembuatan inilah kita mendapati bagaimana TUHAN menuntun orang Israel untuk menciptakan sebuah rangkaian bangunan yang tepat guna. TUHAN tidak mengarahkan orang Israel untuk menciptakan sesuaut yang sangat megah dan rumit, namun tidak efisien untuk kondisi hidup orang Israel yang masih berstatus sebagai bangsa nomaden. Mungkin saja, mereka dapat membangun komplek bangunan yang jauh lebih megah dan rumit dari yang telah mereka kerjakan. Namun, hal itu belum tentu tepat dengan kondisi hidup mereka hingga justru tidak begitu berguna bagi umat Israel untuk menjalani peribadahan kepada TUHAN di dalamnya.
Segala sesuatunya perlu dirancang dan dilakukan sesuai dengan ketepatan kegunaannya. Ada kalanya kita merasa mampu melakukan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang saat ini kita lakukan, namun belum tentu hal yang lebih besar itu sesuai dengan kegunaan yang kita perlukan. Hal ini dapat kita refleksikan ke dalam segala aspek hidup keseharian kita, entah pada saat kita mengelola keuangan, diperhadapkan pada pilihan-pilihan hidup, hingga persoalan keimanan.