Pada zaman sekarang, manusia sedang hidup dengan kebudayaan yang saling mempertontonkan segala hal personal kepada publik secara masif. Misalnya saja kehadiran media sosial yang alih-alih digunakan sebagai ruang untuk berekspresi, justru tidak jarang berubah menjadi alat untuk mengadu gengsi. Memang tidak semua pengguna media sosial melakukan hal demikian, namun kita juga tidak dapat menampik fenomena ini sebagai sebuah kenyataan. Oleh sebab itu, paling tidak setiap manusia modern perlu dengan cermat mengkritisi gaya hidup dan karakternya dalam menjalani setiap proses kehidupan, termasuk dalam hidup beriman. Hal ini sangat diperlukan agar kita tidak terjebak atau terfokus pada berbagai hal yang sifatnya sekadar tampilan tanpa memedulikan hal-hal yang jauh lebih esensial.
Pada bacaan hari ini kita memang diperhadapkan dengan tindakan bangsa Israel yang menghias kemah suci dengan berbagai barang-barang mewah dan megah. Hampir seluruh bagian dalam kemah suci dipenuhi dengan emas dan bahan-bahan mahal lainnya. Namun, apakah nilai kemah suci bergantung pada kemewahan-kemewahan tersebut? Apakah kehadiran bahan-bahan mahal itu membuat nilai kemah suci terkait hidup beriman menjadi bertambah?
Bagi setiap orang yang memiliki cara pandang yang lebih mengutamakan tampilan memang akan cenderung menganggap bahan-bahan mewah pada kemah suci sebagai sebuah hal yang sangat penting dan menambah nilai dari kemah suci. Namun, sebagai umat TUHAN kita perlu melihatnya dari perspektif yang lain, yakni penggunaan seluruh bahan mahal tersebut merupakan perayaan dan simbol dari pegnabdian umat TUHAN atas kehadiran TUHAN di tengah-tengah mereka. Tentu saja, nilai materi sebanyak apapun tidak akan pernah layak mengimbangi keberadaan TUHAN. Namun, paling tidak penggunaan bahan-bahan mewah dalam kemah suci, pertama-tama, menjadi cara paling konkret untuk dilakukan sebagai ungkapan pemuliaan mereka atas TUHAN. Selanjutnya, ungkapan syukur ini pun perlu dilanjutkan dalam cara yang jauh lebih esensial, seperti pewujudan nilai-nilai firman TUHAN itu sendiri.
Sahabat Alkitab, gedung gereja dan ruang ibadah yang semewah apa pun akan menjadi tidak bernilai ketika kita tidak mampu menghasilkan wujud sikap hidup yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran firman TUHAN. Hal ini juga berlaku dalam setiap aspek tampilan yang kita miliki. Ingatlah, iman bukanlah persoalan tampilan melainkan perihal kualitas pribadi dalam menjalani kehidupan sesuai dengan firman TUHAN.