Sahabat Alkitab, melalui Kitab Ulangan kita belajar bagaimana Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir, dan menguduskan Israel sebagai umat milik-Nya yang memiliki tanggung jawab untuk berbuat baik dan menjadi teladan bagi bangsa-bangsa di sekitarnya. Umat Israel diajak untuk memahami bahwa agama bukan sekadar ritual dan pemahaman mengenai hukum dan ajaran, namun yang utama iman harus nyata dalam tindakan. Tidak ada pemisahan antara yang religius dan sekuler.
Membaca dan merenungkan Ulangan pasal 24, kita diajak menghayati bahwa kasih kepada sesama adalah bagian dari kasih kepada Allah. Iman Israel berkebalikan dengan agama dan ritual bangsa-bangsa di sekitarnya yang biasanya selalu ingin dekat dan disenangi para penguasa dan orang kaya. Allah mengingatkan Israel betapa menderita dan sengsara kehidupan sebagai budak di Mesir. Umat Israel diajak belajar dari pengalaman tersebut lewat mengasihi sesama yang terpinggirkan, seperti: para pekerja harian yang miskin, para janda dan anak yatim, juga orang-orang asing yang tinggal di sekitar mereka. Memuliakan Allah diwujudkan dengan mengangkat mereka yang direndahkan dan dianggap hina ke taraf kemanusiaan yang layak.
Ini juga yang selalu ditunjukkan oleh Yesus. Daripada mendekat dan meminta hak istimewa dari penguasa dan orang kaya, Yesus lebih memilih untuk memberi perhatian kepada mereka yang sakit, cacat, terbuang dan terhina. Pikiran, tutur kata dan tindakan Yesus senantiasa digerakkan oleh hati yang penuh belas kasihan. Memuliakan Allah dinyatakan lewat mengangkat manusia yang terpinggirkan.
Hati dan benak orang sekuler dipenuhi oleh pikiran untuk menimbun sandang, pangan, dan papan. Semua tentang menumpuk kekayaan untuk diri sendiri, dan bukan untuk berbagi atau melindungi kehidupan sesama manusia. Kitab Ulangan mengingatkan kita bahwa tujuan hidup manusia sejati semestinya untuk memuliakan Allah dan bukan bukan untuk memuliakan diri sendiri. Masalahnya ialah mana yang kita prioritaskan dalam hidup?