“Mengapa Penderitaan Menghampiriku?”
Pertanyaan mengapa seseorang bisa mengalami penderitaan dan pergumulan yang amat berat, mungkin merupakan pertanyaan abadi yang selalu diungkapkan oleh manusia? Salah satu jawaban yang dihasilkan ialah, bahwasanya penderitaan merupakan cara dari yang kuasa untuk menyatakan keadilan kepada manusia yang telah menyimpang di mata Allah. Hal tersebut rupanya masih menjadi refleksi Ayub sebagaimana diungkapkan dalam Ayub 31:3, yang berbunyi “Bukankah kebinasaan bagi orang yang curang dan kemalangan bagi yang melakukan kejahatan?”.
Atas dasar asumsi tersebut, Ayub kemudian berupaya menimbang-nimbanh sekitanga ada kejahatan yang telah dilakukannya. Ia menguji dirinya lewat berbagai kemungkinan pelanggaran, diantaranya ada atau tidaknya penipuan yang pernah ia lakukan, perzinahan, tidak memenuhi hak-hak hambanya, atau mungkin ketidakpedulian terhadap mereka yang kesulitan serta berkekurangan secara material. Jawabannya ialah, Ayub menemukan bahwa dirinya tidak pernah sekalipun melakukan apa yang jahat di mata-Nya. Tuhan pun dalam kitab Ayub pada akhirnya tidak pernah mengatakan bahwa penderitaan serta pergumulan yang dialami Ayub merupakan hasil keberdosaannya. Bukankah hal tersebut adalah yang juga kita alami pada saat ini?
Sering kita bertanya pada Tuhan, mengapa harus ada penderitaan dan pergumulan yang begitu berat? Pada kesempatan lain kita mungkin akan mengaitkannya pada dosa-dosa serta kesalahan yang kita perbuat, namun disaat yang sama kita tidak pernah menemukan jawabannya. Satu hal yang jelas, meskipun kita tidak pernah menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa kita menderita, tetapi kita boleh yakin dan percaya bahwa seberat apapun persoalan yang kita hadapi, ada Tuhan yang merangkul dan meneguhkan kita.