Kebenaran, terkadang, memang dapat menyakitkan. Apabila, kebenaran ditampilkan secara terang benderang, maka pada saat itulah banyak fakta dan kenyataan yang sesungguhnya disingkapkan. Persoalannya adalah tidak semua orang dapat menerima kenyataan. Hal ini tentu sangat disayangkan, yakni ketika masih banyak pribadi yang lebih nyaman untuk hidup di belakang bayang-bayang kepalsuan meski ia tahu bahwa itu semua bersifat semu atau tidak nyata. Tidak sedikit pula orang yang menolak kebenaran. Perlawanan ini pada umumnya diberikan oleh mereka yang melakukan kesalahan dan tidak ingin kesalahan itu diketahui oleh orang banyak. Bahkan, tidak jarang seseorang yang melakukan kesalahan akan berusaha membohongi dirinya bahwa hal yang dilakukannya bukan sebuah kesalahan. Pada saat itulah, kebenaran akan sangat menyakitkan ketika ia berhasil disingkapkan.
Aksi kenabian yang dilakukan oleh Yeremia melalui berbagai kritik dan seruan pertobatan telah menjadi tindakan yang menyingkapkan kebenaran, secara khusus terhadap orang-orang di Anatot, sebuah wilayah di dekat kota Yerusalem. Pesan kenabian Yeremia telah membuka segala kain penutup yang selama ini menghalangi pandangan iman warga Anatot atas segala kesalahan dan dosa mereka kepada TUHAN. Hal ini tentu tidak menyenangkan dan sangat menyakitkan bagi mereka. Oleh sebab itu, muncul ancaman yang diberikan oleh penduduk Anatot kepada Yeremia, bahkan mewujud dalam sebuah sikap yang dapat merenggut nyawanya. Perlawanan yang mereka berikan kepada Yeremia sangatlah keras, yang mana pada saat bersamaan mereka juga sedang menolak TUHAN ketika mereka berkata, “Janganlah bernubuat demi nama TUHAN, supaya jangan engkau mati oleh tangan kami!”.
Sahabat Alkitab, melalui perikop ini kita telah melihat betapa sulitnya menyuarakan kebenaran yagn seringkali tidak menyenangkan banyak pihak hingga menimbulkan perlawanan yang cukup kuat. Namun, kita diutus untuk menjadi suluh kebenaran yang bersumber dari nilai-nilai firman TUHAN. Artinya, jangan pernah kendorkan semangat dan niat untuk mempertahankan nilai benar di hadapan TUHAN, meski lingkungan menolak. Selain itu, kita juga perlu mengevaluasi diri agar tidak menjadi individu-individu yang menolak kebenaran. Kebenaran yang disingkapkan memang menyakitkan, namun ia akan mengubahkan kondisi menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.