Awas! Ada Jebakan Formalistik dan Keenganan Belajar

Renungan Harian | 7 Juni 2022

Awas! Ada Jebakan Formalistik dan Keenganan Belajar

Sebagai makhluk yang mengenal pendidikan, sudah sepatutnyalah manusia untuk mengamati perjalanan hidupnya dan merancang strategi demi mengalami perkembangan. Itulah mengapa, peradaban manusia mengenal sistem pembelajaran, baik formal maupun informal dengan harapan setiap individu mengalami peningkatan yang signifikan dalam hidupnya. Persoalannya adalah proses bertumbuh dan berkembang, bukan dalam artian fisik, tidak semudah yang dibayangkan. Cukup banyak hal yang dapat menghambat proses tersebut, entah yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu yang bersangkutan. 

 

Salah satu hambatan internal adalah keenganan untuk belajar. Di dalam pendidikan formal misalnya, masih cukup banyak murid yang dengan sengaja tidak mempersiapkan dirinya dengan baik ketika akan menghadapi ujian meski ia menyadari bahwa masih cukup banyak yang perlu ia persiapkan. Inilah salah satu contoh sikap enggan untuk belajar. Kemudian, di dalam pembahasan pendidikan informal, sikap ini dapat mewujud melalui sikap enggan untuk belajar dari kesalahan masa lalu, entah yang dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain. Alhasil, seseorang masih melakukan hal yang sudah ia sadari sebagai kesalahan. Hal ini pula lah yang muncul dalam sikap masyarakat Yehuda yang dikritik melalui pesan kenabian Yeremia.

 

TUHAN memberikan perintah untuk mengoreksi dan mengkritik penuh terhadap cara hidup dan cara beriman orang Yehuda. Pernyataan-pernyataan yang seolah-olah menunjukkan ketiadaan pengampunan dari TUHAN menunjukkan sebuah kritik atas sikap sewenang-wenang dari bangsa tersebut, bukan menunjukkan kekerasan hati-Nya. TUHAN tidak ingin membiarkan perilaku yang menganggap remeh kasih-Nya kembali terulang. Nampaknya, bangsa ini sudah terjebak pada perilaku formalistik yang kehilangan makna dan nilai keimanan yang utuh kepada TUHAN. Itulah sebabnya, Ia mengkritik ritus persembahan yang biasa mereka lakukan ketika TUHAN berkata, “dapatkah nazar-nazar dan daging yang suci melewatkan malapetaka dari padamu, sehingga kemudian engkau dapat beria-ria?”.

 

Sahabat Alkitab, marilah kita belajar dari masa lalu agar kita mengalami proses tumbuh-kembang bersama dengan TUHAN. Jangan biarkan diri ini terjebak pada kesewenang-wenangan terhadap TUHAN dan perilaku formalistik yang semakin menjauhi esensi utama beriman kepada-Nya. Jangan sampai kita menganggap bahwa rajin memberikan persembahan dan rajin pergi ke gereja adalah cukup, padahal kita masih sering melakukan kesalahan serta dosa yang berulang kali di hadapan TUHAN. Apabila kita sudah menyadari sebuah dosa, maka hentikanlah. Apabila kita sudah menyadari sebuah perilaku yang salah, maka hindarilah. Jangan sampai kita menjadi pribadi yang enggan belajar, entah dalam hidup keseharian maupun hidup beriman kepada TUHAN.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia