Mempelai pria kembali merayakan keindahan tubuh si mempelai perempuan. Melalui penggunaan kata-kata yang puitis dan simbolis, ia sedang merujuk kepada bagian sangat personal nan esensial dari tubuh si perempuan. Buah dada yang dianggapnya seperti gugusan pohon korman dan gugusan anggur menjadi sebuah bentuk pengungkapan rasa syukur dan ketenangan yang dapat ia nikmat dari kehadiran sang kekasih hati. Di dalam konteks pada masa itu, buah anggur dan korma menjadi makanan umum yang digemari oleh masyarakat luas, entah sebagai makanan selingan maupun sebagai perbekalan dalam sebuah pengembaraan. Intinya, rasa manis yang dihasilkan kedua buah ini mampu memuaskan selera mulut dan memberikan energi yang cukup bagi mereka yang mengonsumsinya.
Perayaan ungkapan syukur atas keindahan tubuh sang kekasih hati yang diucapkan oleh si pria pun bukan sekadar pemenuhan hasrat seksual melainkan juga melambangkan ketenangan serta kebercukupan yang ia dapatkan dari si perempuan. Hal ini cukup dapat dipahami mengingat bagian tubuh si perempuan yang menjadi fokus dalam syair Kidung Agung 7:6-9a merupakan salah satu keistimewaan dari tubuh perempuan dibanding pria sekaligus yang memiliki peranan penting dalam tumbuh-kembang manusia. Melalui buah dada perempuanlah, seorang bayi pada umumnya mendapatkan asupan gizi dan nutrisi alami untuk menopang tumbuh-kembangnya sebagai makhluk hidup. Hal inilah yang dirayakan dengan penuh syukur oleh sang mempelai pria.
Sahabat Alkitab, perikop ini telah menjadi bentuk contoh cara seseorang yang mampu menghargai, bahkan mensyukuri kondisi pasangannya. Di dalam syair ini pula si pria sedang mengungkapkan segala hasrat dan upayanya dalam menghargai sang kekash hati. Sikap ini menjadi sebuah teladan praktik mencintai yang juga perlu untuk kita bangun di dalam relasi dengan setiap orang terkasih, yakni bagaimana kita mampu melihat, menghargai dan menjaga keberadaan mereka sebagai kehadiran yang istimewa dalam kehidupan kita. Seringkali, entah sadar maupun tidak, sebuah hubungan dijalankan tanpa adanya kesadaran penuh terhadap segala keistimewaan yang ada pada diri orang terkasih. Oleh sebab itu, biarlah renungan firman TUHAN hari ini menjadi sebuah ajakan bagi setiap kita untuk melihat dan merayakan kehadiran para orang terkasih dalam hasrat syukur nan penuh upaya.