Sebagai umat TUHAN, kita sudah tidak asing lagi dengan konsep ‘persembahan’ yang umumnya dilakukan dalam bentuk ritus pada tiap peribadahan. Meski demikian, makna dan nilai persembahan juga dapat berkembang serta memiliki lingkup yang lebih luas daripada praktik barusan. Selain itu, banyak perspektif yang juga dikembangkan untuk mengkritisi beragam praktik maupun niatan dan tujuan dari pemberian persembahan. Ada orang yang memberi supaya mendapat lebih banyak, namun ada juga yang memberi karena kesadaran telah mendapat lebih banyak. Setiap orang pun perlu mengkritisi secara lebih bertanggungjawab perihal sikap dan pemahamannya atas setiap persembahan yang dihaturkan kepada TUHAN.
Pada perikop bacaan hari ini, kita pun mendapati beberapa peringatan dari TUHAN terkait sikap terhadap persembahan kudus dalam tradisi ritus umat Israel. Peringatan ini pun secara khusus ditujukan bagi para imam sebagai pihak yang bertanggungjawab secara penuh dan bersentuhan secara langsung dengan persembahan-persembahan yang dibawa oleh orang Israel. Mereka memiliki peran untuk mengolah persembahan-persembahan tersebut sesuai dengan ketetapan yang TUHAN sudah berikan melalui Musa. Kemudian, seperti yang kita ketahui bahwa berdasarkan seluruh ketetapan tersebut, TUHAN sedang menunjukkan bahwa kehidupan beriman kepada-Nya merupakan rangkaian proses yang pelru dijalani dengan kesungguhan hati dan pikiran, serta komitmen yang teguh dalam menjalankannya. Itulah mengapa, TUHAN begitu keras mengingatkan para imam agar tidak secara asal memperlakukan persembahan-persembahan kudus yang diupayakan oleh umat Israel untuk TUHAN.
Sahabat Alkitab, sebuah persembahan semestinya menjadi salah satu wujud keseriusan dan komitmen iman yang idealnya disampaikan dengan penuh niat serta ketulusan. Kita perlu memperlakukan persembahan dengan penuh sikap hormat seperti yang layaknya kita hadirkan untuk TUHAN. Persoalannya adalah beragam cara pandang maupun kebiasaan yang tidak bertanggungjawab justru dapat meruntuhkan nilai dan pemaknaan kita terhadapnya. Alhasil, kita pun dapat bermuara pada sikap yang tidak bertanggungjawab dalam memperlakukan persembahan-persembahan untuk TUHAN. Oleh sebab itu, marilah kita cermati ulang pemahaman, alasan dan tujuan mengapa kita memberikan persembahan untuk TUHAN. Apakah kita sudah melakukannya dengan keseriusan dan kesadaran diri untuk memberikan yang terbaik atau sebaliknya?