Salah satu aspek yang perlu muncul dalam diri para naradidik adalah kebesaran hati untuk menerima didikan, entah yang sifatnya informatif maupun evaluatif. Seorang pelajar tidak akan mampu mengalami pertumbuhan jika ia tidak memiliki kesediaan untuk mendengarkan hal baru atau pesan yang tidak sesuai dengan pemahamannya sendiri. Itulah mengapa, seseorang yang berpikiran tertutup dan berkeras hati sangat sulit untuk mengalami perkembangan hampir di banyak aspek dirinya sebagai manusia.
Kita perlu menyadari bahwa acap kali teguran, kritik atau evaluasi terhadap diri menjadi aspek yang sangat penting untuk diterima demi membawa kita menjadi semakin matang secara karakter, emosi dan konsep berpikir. Hal ini pun semakin relevan untuk kita terapkan sebagai landasan filosofis dalam menjalani hidup keseharian dan beriman sebagai umat TUHAN. Amsal 12 ayat 1 dengan tegas mengingatkan kita bahwa setiap orang yang mencintai didikan berarti mencintai pengetahun, namun keengganan menerima teguran merupakan tanda dari kedunguan. Teguran dan didikan yang dimaksud pun tidak sekadar ilmu sains atau aspek kognitif belaka, melainkan juga berkaitan dengan perkembangan karakter dan kualitas iman seseorang.
Sahabat Alkitab, kita perlu mengingat bahwa iman yang sehat selalu menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan. Proses pertumbuhan iman ini pun sangat sulit untuk terjadi ketika kita masih terlalu berat hati untuk menerima berbagai teguran atau didikan, yang tidak jarang justru bertentangan dengan kehendak diri sendiri. Oleh sebab itu, kesediaan untuk menerima didikan merupakan hal wajib yang diperlukan muncul dalam diri setiap umat TUHAN demi mengalami pertumbuhan, mulai dari persoalan keimanan, karakter, hingga kognitif. Kesediaan diri ini pun perlu dibarengi dengan kerendahan hati agar tidak terjebak dalam kebebalan dan kesesatan berpikir, yang seolah terkedan benar padahal sedang menuju kefasikan.