Ikatan perjanjian di antara para pengintai dengan Rahab terjadi dalam suasana yang begitu mencekam. Rahab menyuruh para pengintai agar melakukan persembunyian terlebih dahulu selama tiga hari di daerah pegunungan untuk menghindari para pasukan Yerikho yang mencari mereka. Cara ini pun berhasil untuk mengelabui pasukan Yerikho sehingga para pengintai dapat kembali ke tengah-tengah bangsa Israel untuk melaporkan segala sesuatu yang mereka lihat di kota Yerikho. Sebagai balasan atas pertolongan Rahab, para pengintai pun menyuruh Rahab untuk menandai rumahnya sebagai cara bagi orang Israel untuk mengenai keberadaan Rahab sehingga rumah dan segala isinya tidak menjadi target dari penyerangan yang akan dilakukan oleh orang Israel.
Kedua belah pihak menyadari tentang pentingnya perjanjian tersebut bagi kehidupan mereka masing-masing, entah para pengintai maupun Rahab. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemenuhan tanggung jawab dari masing-masing pihak untuk menjalankan perannya agar kesepakatan itu dapat berhasil. Kehadiran Rahab, iman yang ada pada dirinya, dan perjanjian dengan para pengintai Israel pun menjadi bagian dari pemenuhan dari tanah perjanjian dari Tuhan bagi bangsa Israel. Perjanjian yang muncul dalam perikop ini pun dapat kita maknai dari dua sudut pandang: Dari sudut pandang pangintai, perjanjian ini merupakan cara Tuhan untuk semakin mendekatkan bangsa Israel mengalami pemenuhan janji atas tanah yang telah lama didambakan; kemudian, dari sudut pandang Rahab, perjanjian ini merupakan kesempatan baginya untuk menjaga komitmen dan konsistensi imannya yang takut akan Tuhan. Rahab menyadari bahwa jika ia ingin selamat, maka dibutuhkan komitmen untuk mengerjakan perjanjian tersebut sesuai dengan apa yang disepakati.
Sahabat Alkitab, firman Tuhan yang kita baca ini telah menunjukkan tentang pentingnya komitmen dan peran aktif sebagai umat Tuhan. Seperti Rahab yang menjaga peran dan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah tercipta, begitu pun selayaknya kita dapat memaknai hubungan beriman kepada Tuhan yang tidak selayaknya dijalani secara sembarangan. Kita perlu memiliki komitmen dan menjalani peran secara aktif dalam setiap keputusan beriman yang kita haturkan kepada Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita sudah berperan secara aktif dalam beriman?