Setiap dari kita pasti pernah ditegur oleh orang lain. Entah itu dalam peristiwa sederhana sehari-hari atau dalam situasi pergumulan berat yang kita hadapi. Rasanya pasti tidak nyaman dikala menerima teguran. Biasanya kita cenderung reaktif menanggapinya. Padahal kalau direnungkan lebih mendalam bukankah seringkali dalam teguran itu ada masukan yang patut dipertimbangkan untuk perbaikan dan pertumbuhan kita. Bahkan secara spiritual kita bisa juga memahami bahwa mungkin saja dalam teguran dari sesama itu ada kehendak Allah yang juga ingin menyapa dan menegur kita. Inilah yang terjadi saat seorang pelihat bernama Hanani menegur Raja Asa.
Pada masa itu ada seorang pelihat bernama Hanani. Ia menyampaikan kepada raja Asa bahwa pilihan untuk bersekutu dengan kerajaan Aram dan melakukan pembalasan terhadap Israel dengan cara-cara yang telah dilakukannya tidak diperkenankan TUHAN. Hanani mengingatkan raja Asa bahwa seharusnya raja meminta pendapat dan pertolongan hanya kepada TUHAN, Allah Israel dan Yehuda, yang selama ini selalu melindungi dan memperkuat kerajaan Yehuda di hadapan musuh-musuh. Penyertaan TUHAN sudah semestinya dibalas dengan ketaatan dan kesetiaan. Namun alih-alih menyadari kesalahan dan berbalik kepada TUHAN, peringatan tersebut justru membuat raja Asa marah dan memenjarakan Hanani. Tidak berhenti disitu, dikemudian hari raja Asa juga melakukan tindakan tercela dengan menindas sebagian dari rakyatnya. Asa semakin menjauh dari TUHAN hingga akhir hidupnya. Bahkan ketika menderita penyakit yang cukup parah pada kedua kakinya, Asa tak juga sadar dan mencari TUHAN. Sebaliknya ia justru mencari pertolongan di luar TUHAN. Sampai akhir hidupnya, Asa tidak kembali kepada TUHAN.
Meskipun Asa terus menjauh, namun pada bacaan hari ini secara eksplisit kita melihat bahwa Tuhan tetap setia menunggu hambaNya datang kembali kepadaNya. Setidaknya ada dua kesempatan yang semestinya digunakan oleh raja Asa untuk menyadari kesalahannya dan kembali pada jalan yang benar. Pertama saat ia menerima pesan dari Hanani dan yang kedua adalah ketika ia menderita penyakit yang cukup parah pada kedua kakinya. Kedua kesempatan tersebut dapat kita refleksikan sebagai teguran yang sarat dengan kepedulian kepada hamba-Nya. Kepedulian TUHAN kepada Asa menjadi bukti kesetiaan TUHAN dalam menepati janjiNya kepada Daud. Janji bahwa garis keturunan Daud akan tetap menduduki tahta kerajaan, dan TUHAN akan bertindak sebagai BapaNya yang tegas namun penuh kasih.
Sahabat Alkitab, relasi umat dengan Tuhan dalam Alkitab selalu digambarkan sebagai sesuatu yang dinamis. Tuhan memahami keterbatasan umat-Nya sehingga Ia sadar betul akan potensi manusia untuk jatuh dalam dosa serta melanggar ketetapan-Nya. Maka dari itulah Allah tidak hanya menyatakan sapaan kasih-Nya melainkan juga teguran yang mengubahkan. Dua hal tersebut justru membuat kita menjadi pribadi yang konsisten dalam menyembah-Nya serta mewujud nyatakan kehendak-Nya. Poin refleksi bagi kita ialah, sejauh mana kita memahami bahwa dalam sebuah teguran terkandung kepedulian Allah yang begitu besar. Teguran itu bisa saja hadir melalui sesama kita sebagaimana Hanani yang menyampaikan tegurannya kepada Raja Asa. Tentunya hal ini berlaku bagi teguran yang memiliki tujuan baik, yaitu untuk mentransformasi orang yang bersalah menjadi pulih dan pada akhirnya ia berdaya guna untuk kembali melanjutkan pekerjaan TUHAN. Marilah kita terbuka pada teguran-teguran yang diarahkan pada kita, siapa tahu dari keterbukaan itu datang juga pemulihan dan pertumbuhan ke arah yang Tuhan kehendaki.