Kita seringkali lupa bahwa perdamaian adalah anugerah Allah yang tidak ternilai. Berbicara soal perdamaian tidak hanya merujuk kepada redanya konflik-konflik besar di dunia, melainkan juga perdamaian atas konflik-konflik yang kita alami sehari-hari. Entah itu konflik kita di tengah pekerjaan, lingkungan rumah, bahkan antar anggota keluarga. Pada hari ini kita hendak merefleksikan kuasa dan kebaikan Allah yang mendamaikan pihak-pihak yang saling berkonflik
Allah menjelaskan tindakan pemulihan yang akan dilakukan kepada umatnya. Salah satunya adalah dengan memulihkan hubungan Yehuda dengan Israel utara. Meskipun selama ini Tuhan menunjukkan pembelaan kepada Yehuda, namun Ia ingin Yehuda berdamai dengan saudara-saudaranya. Dalam proses tersebut Yehezkiel diminta melakukan tindakan simbolik, yaitu menyatukan dua potong kayu. Potongan pertama bertuliskan “untuk Yehuda dan orang Israel, sekutunya” dan potongan kayu kedua bertuliskan “Untuk Yusuf, kayu Efraim, dan untuk seluruh kaum Israel yang bersekutu dengan dia”. Tindakan itu untuk menggambarkan bahwa Allah yang menyatukan kedua bangsa itu dengan tangan-Nya. Penyatuan ini dilakukan setelah mereka keluar dan pulang kembali ke tanah terjanji, Allah akan menyatukan mereka menjadi satu kerajaan seperti pada masa kepemimpinan raja Daud. Tidak hanya itu, Allah juga akan melepaskan mereka semua dari segala penyelewengan dan menahirkannya. Sehingga umat Israel yang baru ini akan bersih dari segala kenajisan berhala-berhala, dari dewa-dewa, dan dari pelanggaran mereka.
Sahabat Alkitab, kita pun diajak untuk mengupayakan perdamaian dalam kehidupan kita. Mungkin saat ini ada konflik-konflik yang masih kita gumulkan. Libatkanlah Tuhan dalam penyelesaian konflik-konflik tersebut. Sebagaimana firman Tuhan yang hari ini kita dengar, Allah menyatakan kesediaan-Nya untuk menyatukan pihak-pihak yang berkonflik dengan tangan-Nya sendiri. Kiranya Ia mengaruniakan kerendahan hati kepada kita untuk menginisiasi perdamaian dimanapun kita berada.