Banyak orang memiliki harapan menjadi pemimpin. Mungkin kita terpukau oleh kuasa dan kewibawaan yang dimiliki oleh pemimpin. Namun sadarkah kita bahwa di balik citra tersebut ada tanggung jawab yang begitu besar terhadap orang yang dipimpin. Apalagi jika mereka yang kita pimpin menunjukkan keengganan untuk berjalan bersama menuju visi yang sedang kita bentuk.
Mungkin perasaan serupa juga dirasakan oleh Allah ketika mendapati umatnya terpecah belah menjadi dua kerajaan, yakni Israel Utara dan Yehuda. Keduanya berjalan mengikuti kehendak mereka sendiri tanpa mempertimbangkan apa yang sesungguhnya diinginkan. Padahal jika merujuk kepada sejarah pembentukan kerajaan Israel, maka sesungguhnya raja sejati Israel adalah Allah sendiri. Bahkan raja-raja yang memerintah di kerajaan tersebut adalah hasil penunjukan Allah. Dari situasi ini kita dapat mengimajinasikan bagaimana ‘gemasnya’ Allah atas tingkah laku umat yang dipimpin-Nya.
Maka dari itu saat janji persatuan Yehuda dan Israel Utara digaungkan oleh Allah, Ia menginginkan bahwa kali ini situasinya harus berbeda. Allah sendirilah yang tampil sebagai pemimpin dan gembala bagi kawanan domba yang tercerai-berai tersebut. Untuk menjalankan rencana itu, keturunan Daud akan dibangkitkan untuk menjadi alat-Nya menegakkan kedaulatan Tuhan selama-lamanya atas Israel. Kita juga dapat memahami nubuatan tersebut sebagai pemulihan janji Allah atas Israel (ayat 26)
Banyak orang memiliki harapan menjadi pemimpin. Mungkin kita terpukau oleh kuasa dan kewibawaan yang dimiliki oleh pemimpin. Namun sadarkah kita bahwa di balik citra tersebut ada tanggung jawab yang begitu besar terhadap orang yang dipimpin. Apalagi jika mereka yang kita pimpin menunjukkan keengganan untuk berjalan bersama menuju visi yang sedang kita bentuk.
Mungkin perasaan serupa juga dirasakan oleh Allah ketika mendapati umatnya terpecah belah menjadi dua kerajaan, yakni Israel Utara dan Yehuda. Keduanya berjalan mengikuti kehendak mereka sendiri tanpa mempertimbangkan apa yang sesungguhnya diinginkan. Padahal jika merujuk kepada sejarah pembentukan kerajaan Israel, maka sesungguhnya raja sejati Israel adalah Allah sendiri. Bahkan raja-raja yang memerintah di kerajaan tersebut adalah hasil penunjukan Allah. Dari situasi ini kita dapat mengimajinasikan bagaimana ‘gemasnya’ Allah atas tingkah laku umat yang dipimpin-Nya.
Maka dari itu saat janji persatuan Yehuda dan Israel Utara digaungkan oleh Allah, Ia menginginkan bahwa kali ini situasinya harus berbeda. Allah sendirilah yang tampil sebagai pemimpin dan gembala bagi kawanan domba yang tercerai-berai tersebut. Untuk menjalankan rencana itu, keturunan Daud akan dibangkitkan untuk menjadi alat-Nya menegakkan kedaulatan Tuhan selama-lamanya atas Israel. Kita juga dapat memahami nubuatan tersebut sebagai pemulihan janji Allah atas Israel (ayat 26)
Sahabat Alkitab, marilah kita merefleksikan kehidupan kita masing-masing. Sudahkah kita menghormati otoritas-Nya sebagai Sang Gembala Agung kehidupan kita? Sering kali di dalam hawa nafsu dan kedagingan, kita sulit untuk tunduk dalam pimpinan-Nya. Tetapi marilah menjadi kawanan domba Allah yang sepenuhnya mengikuti Sang Gembala Agung. Mungkin tidak mudah untuk mewujudkan itu semua, tetapi dalam tuntunan Roh-Nya kita pasti akan dimampukan dan dikuatkan.