Apabila boleh memilih, setiap orang pasti menginginkan sebuah tempat yang baik untuk tinggal dan menjalani kehidupan. Mungkin tidak ada orang yang secara sadar memilih tempat-tempat yang kurang untuk tempat tinggalnya, kecuali memang bila tidak ada pilihan lain atau ada sesuatu yang tidak terbantahkan yang membuat seseorang tinggal dalam lingkungan dan situasi yang tidak baik. Kini kita melihat Yesus justru memilih untuk pergi ke tempat yang dianggap ‘kurang baik’, yakni Galilea. Ia sadar bahwa untuk memulai pewartaan tentang keselamatan dan kerajaan sorga haruslah dimulai kepada mereka yang paling membutuhkan-Nya.
Dalam Injil Matius, kita melihat Yesus memulai pelayanan-Nya di Galilea setelah Yohanes Pembaptis dipenjara. Keputusan ini bukan hanya langkah strategis, tetapi juga pemenuhan nubuatan Yesaya: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (Yesaya 9: 1a). Langkah Yesus menuju Galilea menunjukkan bahwa terang keselamatan Allah tidak terbatas pada Yerusalem, tetapi untuk semua orang, termasuk bangsa-bangsa non-Yahudi. Galilea disebut wilayah bangsa bangsa lain. Setelah ditaklukkan oleh Asyur (2 Raja-raja 15:29), penduduk-penduduk Galilea hidup bercampur dengan pendatang dari bangsa-bangsa lain. Kepada wilayah yang naas dan gelap itu, nabi Yesaya telah menyampaikan nubuat pengharapan tentang kelahiran seorang Raja Damai (Yesaya 8: 23-9:6). Penulis Matius melihat bahwa nubuat Yesaya itu digenapi dalam kedatangan Yesus ke Galilea dan perpindahan-Nya ke Kapernaum. Galilea memang bukan tempat yang diharapkan untuk Mesias memulai misi-Nya, tetapi Yesus memilih tempat ini sebagai pusat pelayanan, memperlihatkan bahwa kasih Allah mencakup semua bangsa tanpa memandang status atau latar belakang.
Pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada umat di Galilea adalah tentang pertobatan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Matius 4:17). Seruan ini menekankan perubahan hati dan hidup, sebagai respons terhadap kedatangan Kerajaan Allah. Yesus melanjutkan misi Yohanes, tetapi dengan otoritas lebih besar, karena Dia adalah Mesias yang dijanjikan. Yesus disebut sebagai “terang besar” yang menerangi mereka yang hidup dalam bayang-bayang kematian. Kehadiran-Nya membawa harapan, pemulihan, dan kehidupan baru bagi mereka yang terhilang dan putus asa.
Sahabat Alkitab, kisah ini seharusnya membuat kita semakin berbahagia karena memilih Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Ia hadir untuk menyapa yang paling tersisihkan dari antara manusia dan memberikan harapan pada mereka yang tidak berani untuk berharap. Seharusnya kenyataan ini membuat kita bertumbuh menjadi anak-anak-Nya yang taat dan setia. Hidup dalam kebenaran dan memilih untuk senantiasa menaati-Nya. Maka marilah meminta pertolongan Tuhan agar kita dimampukan untuk hidup di dalam kasih serta anugerah-Nya.